Pemanasan Global
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I
1.1.
Latar
belakang
1.2.
Pendahuluan
BAB II
2.1. isi
2.2. latar
belakang masalah
2.3. solusi
2.4.
pendapat
BAB III
3.1. penutup
3.2. kesimpulan
3.3. langkah lanjut
Daftar pustaka
BAB 1
1.1. Latar Belakang
Latar belakang
disusunnya
makalah
ini adalah
untuk
memenuhi tugas
yang
telah
diberikan oleh dosen pengajar. Makalh ini membahas tentang Pemanasan global atau global
warming. Makalah
ini disusun berdasarkan
tentang
perbincangan yang sedang hangat dibicarakan oleh dunia. Pemanasan
global belum menemukan
titik terang dalam penanggulangannya. Disini penulis berusaha menerangkan materi yang dibutuhkan sebagai referensi agar dapat menyempurnakan topic yang akan diperbincangkan.
1.2. Pendahuluan
Pemanasan global atau yang lebih dikenal “global Warming”, sudah tidak asing terdengar di telinga kita. Hal ini lebih sering
dibicarakan setelah dampak dari fenomena tersebut dirasakan
oleh masyarakat
dunia. Di Indonesia, banyak terjadinya bencana
banjir, kebakaran hutan,
merebaknya wabah penyakit menular, dan musim yang tak menentu disinyalir merupakan imbas
pemanasan global. Pemanasan global ini juga sering disebut “efek rumah
kaca”. Jika orang awam mendengar
istilah tersebut, maka akan terbayang rumah atau gedung tinggi yang banyak menggunakan kaca pada bangunannya.
Padahal hal ini salah sama sekali. Kaca-kaca tersebut tidak menyebabkan pemanasan global
itu sendiri. Hal ini hanyalah istilah yang
berasal dari rumah-rumah
kaca di negara-negara beriklim sedang. Rumah-rumah tersebut digunakan untuk
membudidayakan buah-buahan
serta sayur-sayuran.
Prinsip dari rumah kaca tersebut adalah
sinar matahari akan dengan mudah menembus kaca
yang bening. Setelah menyinari tumbuhan yang ada di dalam rumah kaca,
sinar akan dipantulkan kembali dan
menyebabkan suhu menjadi
hangat. Panas tersebut akan dihalangi oleh kaca-kaca. Sehingga
ruangan tetap terjaga kehangatannya. Begitu pula yang dialami oleh bumi. Cahaya matahari yang sudah
sampai ke permukaan bumi akan tertahan oleh selubung gas-gas rumah
kaca sehingga tak dapat
kembali ke angkasa. Pada
akhirnya, panas itu akan
tetap berada dibumi, lalu akan semakin
bertambah, dan menyebabkan naiknya suhu rata-rata secara bertahap.
BAB II
2.1. Isi
Pengertian dari pemanasan global itu sendiri adalah meningkatnya temperatur rata-rata
bumi sebagai akibat dari akumulasi panas di atmosfer yang disebabkan oleh Efek
Rumah Kaca. Panas dari bumi yang seharusnya dipantulkan lagi ke angkasa, tertahan oleh gas-gas rumah kaca
yang terkandung dalam atmosfer. Gastersebut antara lain adalah karbon
dioksida dan metana.
Faktor utama penyebab
makin meningkatnya gas-gas tersebut adalah perkembangan teknologi yang
tidak ramah lingkungan. Kebutuhan manusia terus bertambah. Untuk memenuhi semua
kebutuhan tersebut dengan
cepat dan efesien, dibutuhkan industri-industri besar. Memang
hasilnya bagi manusia sangat menguntungkan, tapi limbah hasil keluaran pabrik itu yang
sangat tidak berpihak pada alam. Air,
Udara, dan tanah akan tercemar jika tidak ditangani dengan sistem penanggulangan yang
berwawasan lingkungan. Meningkatnya jumlah kendaraan
berbahan bakar fosil juga akan ikut mempercepat pemanasan global. Asap hasil emisi kendaraan bermotor yang tidak sempurna mengandung karbon dioksida dan karbon monoksida. Dua jenis
material tersebut tidak sanggup
diserap seluruhnya
oleh tumbuhan yang
jumlahnya semakin berkurang.
Dampak yang diakibatkan oleh
pemanasan global hampir semuanya negatif. Mungkin ada beberapa dampak positif dari fenomena ini, tapi yang
akan kita bahas hanyalah dampak
negatifnya.Secara tidak langsung, pemanasan global ini berpengaruh pada cuaca
yang tidak menentu. Suhu
rata-rata permukaan bumi meningkat
secara bertahap.
Dari naiknya suhu
rata-rata tersebut, tingginya permukaan air laut juga berpengaruh. Pemanasan yang berpusat di belahan utara bumi, menyebabkan es di kutub
utara mencair. Dengan
cairnya es tersebut, debit air laut akan bertambah dan
menyebabkan pulau-pulau
rendah akan tenggelam dan
hilang. Hasil pertanian
pun tidak luput dari pengaruh pemanasan global. Hujan atau kemarau yang
terlalu panjang, menyebabkan sering terjadi banjir atau kekeringan parah. Pertumbuhan tanaman akan terganggu yang pada akhirnya juga
akan mengurangi hasil panenan.
Dalam laporan Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) 2007, dapat dilihat dampak pemanasan global yang
akan terjadi per 1 derajat Celcius kenaikan rata-rata suhu dunia dalam
rentang kenaikan 1-5 derajat Celcius.
Berdasarkan data ini, antara 1970
hingga 2004, di Indonesia telah terjadi kenaikan suhu
rata-rata tahunan antara 0,2-1 derajat Celcius yang dapat mengakibatkan: Penurunan produksi pangan sehingga bisa meningkatkan risiko
bencana kelaparan, peningkatan kerusakan pesisir akibat banjir dan
badai, peningkatan kasus gizi buruk
dan diare,
serta perubahan
pola distribusi hewan dan serangga sebagai
vektor penyakit.
Dari segi kesehatan, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang terkena penyakit atau meninggal karena
stress udara
panas. Wabah penyakit yang
biasa
ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang
diakibatkan nyamuk
dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah
ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi
mereka. Saat ini, 45 persen penduduk
dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria. Persentase itu akan
meningkat menjadi 60 persen
jika temperatur meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar
seperti malaria, demam berdarah
dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para ilmuan juga
memprediksi
meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.
2.2
Latar Belakang Masalah
Semenjak manusia pada jaman purbakala sampai dengan jaman sekarang,
manusia telah mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya yang telah kita kenal
dengan berbagai jaman seperti jaman meolitikum, neolitikum. Peradaban
manusia telah mengalami kemajuan sampai sekarang.
Selama perkembangan itu, manusia menjalani kehidupan bergantung pada pertanian dan
agrikultur. Dengan orientasi kehidupan tersebut, manusia selalu
berusaha menjaga dan
melestarikan lingkungannya dengan sebaik-baiknya yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan
hidup manusia pula.
Dan pada saatnya, perkembangan manusia telah mengalami jaman revolusi industri yang menggantungkan kehidupan manusia pada
bidang perindustrian. Dengan
orientasi hidup
tersebut, dunia agrikultur pun mengalami kemunduran perlahan-lahan. Nilai-nilai kehidupan
manusia pun mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan lingkungannya.
Perubahan-perubahan yang terjadi ini menghasilkan dampak baik positif maupun negatif. Salah satu dampak revolusi industri yang
telah terjadi dan
masih terus berlanjut pada masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah dampaknya bagi lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri. Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti
pembangunan pabrik-pabrik dan pembuatan produksi dengan kapasitas besar dengan
mengesampingkan perhatian terhadap
dampaknya bagi
lingkungan secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia serta manusia
dan kehidupannya.
Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yang
terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang
dilakukan dan telah berkembang pesat ini. Dampak
negatif ini adalah terjadinya pemanasan di dunia dan
sering disebut sebagai
Global Warming. Namun, masalah Global Warming sebagai
masalah lingkungan ini masih
diperdebatkan kebenarannya oleh beberapa
pihak yang menganggap Global Warming adalah alasan yang
diciptakan untuk
membatasi laju perkembangan perindustrian.
2.3 Solusi
Jadilah Vegetarian
Memproduksi daging
sarat CO2 dan metana dan membutuhkan banyak air. Hewan
ternak seperti sapi atau
kambing
merupakan penghasil
terbesar
metana
saat
mereka mencerna makanan
mereka. Food and Agriculture Organization (FAO) PBB menyebutkan produksi daging menyumbang 18%
pemanasan global, lebih besar daripada sumbangan seluruh transportasi di
dunia (13,5%). Lebih lanjut, dalam laporan FAO, “Livestock’s Long Shadow”, 2006 dipaparkan bahwa peternakan
menyumbang 65% gas nitro oksida dunia (310 kali lebih kuat dari CO2) dan
37% gas metana dunia (72 kali lebih kuat dari CO2). Selain itu, United Nations Environment
Programme (UNEP), dalam
buku panduan “Kick The Habit”, 2008, menyebutkan bahwa pola makan daging untuk setiap orang per
tahunnya menyumbang 6.700 kg CO2, sementara diet vegan
per orangnya hanya
menyumbang 190 kg CO2! Tidak mengherankan bila ahli iklim terkemuka PBB, yang merupakan Ketua Intergovernmental Panel on
Climate Change (IPCC)
PBB, Dr. Rajendra Pachauri, menganjurkan orang untuk mengurangi makan daging.
Tanam Pohon
Satu pohon
berukuran agak besar dapat
menyerap 6 kg CO2 per tahunnya.
Dalam seluruh
masa hidupnya, satu batang pohon dapat menyerap
1 ton CO2.
United Nations Environment Programme (UNEP) melaporkan
bahwa pembabatan hutan menyumbang 20% emisi gas rumah kaca.
Seperti kita ketahui, pohon
menyerap karbon yang ada dalam atmosfer. Bila mereka
ditebang atau dibakar, karbon yang pernah mereka serap
sebagian besar justru
akan dilepaskan kembali ke
atmosfer. Maka, pikir seribu kali sebelum menebang pohon di sekitar Anda. Pembabatan hutan juga berkaitan dengan peternakan.
Tahukah Anda
area hutan hujan seukuran
1 lapangan sepak bola setiap menitnya ditebang untuk lahan merumput ternak? Bila Anda berubah menjadi seorang vegetarian, Anda dapat
menyelamatkan 1
ha pohon per tahunnya.
Bepergian yang
Ramah Lingkungan
Cobalah untuk
berjalan kaki, menggunakan telekonferensi untuk rapat, atau pergi
bersama-sama dalam satu
mobil. Bila memungkinkan, gunakan kendaraan yang menggunakan
bahan bakar alternatif. Setiap 1 liter bahan bakar fosil
yang dibakar dalam mesin mobil
menyumbang 2,5 kg CO2. Bila jaraknya dekat dan tidak terburu waktu, anda bisa memilih kereta
api daripada pesawat. Menurut IPCC, bepergian dengan pesawat
menyumbang 3-5% gas rumah kaca.
Kurangi Belanja
Industri menyumbang 20% gas emisi rumah kaca dunia dan
kebanyakan berasal dari penggunaan bahan
bakar
fosil. Jenis
industri
yang membutuhkan
banyak
bahan
bakar
fosil sebagai contohnya besi, baja, bahan-bahan kimia, pupuk, semen, gelas,
keramik, dan kertas. Oleh karena itu, jangan cepat membuang barang, lalu membeli yang
baru. Setiap proses produksi
barang menyumbang CO2.
Beli Makanan Organik
Tanah organik menangkap dan menyimpan CO2 lebih besar dari pertanian konvensional.
The
Soil Association menambahkan bahwa produksi secara organik dapat mengurangi 26% CO2 yang disumbang
oleh pertanian.
Gunakan Lampu Hemat Energi
Bila Anda mengganti 1 lampu di rumah Anda
dengan lampu hemat energi, Anda dapat menghemat 400 kg CO2
dan lampu hemat energi 10 kali lebih tahan lama daripada lampu pijar
biasa.
Gunakan Kipas Angin
AC yang menggunakan daya 1.000 Watt menyumbang 650 gr CO2 per jamnya. Karena itu, mungkin Anda bisa
mencoba menggunakan kipas angin.
Jemur Pakaian
Anda di bawah Sinar
Matahari
Bila Anda menggunakan
alat pengering,
Anda
mengeluarkan 3
kg CO2.
Menjemur pakaian secara alami jauh lebih baik: pakaian Anda
lebih awet
dan energi yang dipakai tidak
menyebabkan polusi udara.
Daur Ulang
Sampah Organik
Tempat Pembuangan
Sampah (TPA) menyumbang 3% emisi gas rumah kaca
melalui
metana yang dilepaskan saat proses pembusukan sampah. Dengan membuat pupuk kompos dari sampah organik (misal dari sisa makanan, kertas, daun-daunan) untuk kebun Anda, Anda bisa membantu mengurangi masalah ini!
Pisahkan
Sampah Kertas, Plastik,
dan Kaleng agar Dapat Didaur Ulang
Mendaur ulang aluminium dapat
menghemat 90% energi
yang dibutuhkan untuk memproduksi
kaleng aluminium yang baru – menghemat 9 kg CO2
per kilogram aluminium! Untuk 1 kg
plastik yang didaur ulang, Anda menghemat 1,5 kg CO2, untuk 1 kg kertas yang didaur ulang,
Anda menghemat 900 kg CO2.
2.4 Pendapat
Kehidupan ini
berawal dari kehidupan di
bumi jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka
dari itu
untuk menjaga dan melestarikan
bumi ini
harus
beberapa
dekade kah kita memikirkannya. Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan
memohon agar kita menjaga serta melstarikannya. Marilah kita bergotong royang untuk menyelematkan bumi
yang telah memberikan kita kehidupan yang sempurna ini.
Stop global warming.
BAB
III
3.1 Penutup
Dampak negatif dari pemanasan global
memang sangat banyak.
Baik itu secara langsung
atau tidak langsung
pada manusia. Secara tidak
langsung yaitu dengan
merusak lingkungan yang akan mengganggu pemenuhan kebutuhan manusia. Secara langsung
yaitu dengan suhu yang terasa
semakin panas yang mengganggu kesehatan manusia. Pemanasan global memang tidak bisa dicegah, Tapi hal tersebut masih
bisa diperlamban. Mulai dengan
pengembangan teknologi yang
berwawasan lingkungan dan menjalankan prinsip daur ulang, menggunakan kembali barang
yang masih
bisa
dipakai, dan mengurangi penggunaan SDA yang tidak perlu.
3.2 Kesimpulan
Pemanasan
global telah menjadi permasalahan
yang menjadi sorotan
utama umat
manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan dampaknya
diderita oleh manusia itu juga. Untuk
mengatasi pemanasan global diperlukan usaha yang
sangat keras karena hampir
mustahil
untuk diselesaikan
saat ini. Pemanasan global
memang
sulit
diatasi, namun kita bisa mengurangi efeknya.Penangguangan hal
ini adalah kesadaran kita terhadap kehidupan bumi di masa depan.
Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini maka pmanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.
3.3
Langkah Lanjut
Memperbanyak jalur sepeda dan
pejalan kaki .
mengurangi penggunaan kendaraan
pribadi .
memberi label jumlah CO2 yang dihasilkan pada produk
makanan.
menghisap CO2 dan menyimpannya
di dalam tanah.
meningkatkan penggunaan energi nuklir, gas
bumi, energi angin.
Comments