KAJIAN JENIS PUPUK ORGANIK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL BAYAM MERAH
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urbanisasi penduduk pedesaan ke daerah perkotaan tidak dapat dihindari
karena pesatnya pertumbuhan ekonomi di
daerah perkotaan. Meningkatnya jumlah
penduduk di daerah perkotaan membawa dampak terhadap
peningkatan kebutuhan pangan, khususnya sayuran.
Berbagai upaya sudah dilakukan
untuk dapat meningkatkan
produksi sayuran,
namun demikian masih belum
dapat mengimbangi permintaan pasar. Keadaan ini dimungkinkan antara lain sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk,
perbaikan pendapatan dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat. Selain itu di
kota-kota besar tumbuh permintaan pasar
yang menghendaki komoditas sayuran dengan
kualitas yang baik dan
dengan berbagai jenis yang lebih beragam.
Berbagai jenis komoditas sayuran diusahakan oleh petani di daerah pinggiran
perkotaan dalam luas garapan yang sempit, seperti sawi (caisim), bayam, kangkung,
terong, cabe, tomat, bawang merah, bawang putih, kacang panjang
dan sebagainya (Soethama
et
al., 1998).
Umumnya dalam satu
penguasaan lahan, diusahakan beraneka ragam komoditas sayuran dalam petakan yang berbeda, misalnya disamping
diusahakan komoditas sayuran sawi hijau (caisim), ditanam
juga bayam, kangkung, cabe, kacang panjang dan komoditas sayuran lainnya.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi dan
Morfologi Tanaman
Bayam
Menurut sistematika
(taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman bayam
merah
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom :
Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi : Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping
dua/dikotil)
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryophyllales
Famili :
Amaranthaceae(
suk bayam-bayaman)
Genus : Alternanthera
Spesies :
Alternanthera amoena
Voss
Secara ilmiah menunjukkan bayam merah berperan membantu penyerapan kalsium. Hal ini disebabkan karena bayam merah menghasilkan kadar antioksidanya yang tinggi. Dalam perkembangannya dari Amerika Latin, bayam dipromosikan sebagai tanaman
pangan sumber protein
terutama bagi
negara-negara berkembang.
Bayam
Merah sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Sebagian orang berpendapat bahwa bayam mempunyai rasa
enak, lunak, dan dapat memberikan rasa dingin
di perut dan mengandung zat besi terlalu
tinggi.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat
dan
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di lokasi Lahan Praktek UPN”Veteran” Yogyakarta, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta pada awal
musim Kemarau yaitu dari bulan Februari
sampai dengan Maret 2010. Lokasi terletak
pada ketinggian kurang lebih 114 meter
di atas permukaan
laut dengan jenis tanah regosol.
B. Bahan
dan
Alat Penelitian
Bahan yang digunakan
adalah biji bayam
merah (A. tricolor),
insektisida, pupuk kandang sapi,
pupuk kandang ayam dan pupuk kandang kambing.
Alat yang digunakan adalah plastik, bambu,
cetok, alat ukur atau penggaris.
pisau steril, gembor,
oven, label, gelas ukur, timbangan,
C. Metode Penelitian
|
1.
Persiapan Lahan
Lahan
seluas 24 m² (lampiran I) yang akan ditanami diolah dengan cara dicangkul
hingga kedalaman 20 cm. Lahan dibersihkan dari gulma
yang ada di sekitar
lahan
yang akan ditanami benih bayam. Kemudian di
bentuk petak – petak percobaan dengan luasan 2m x 1m (lampiran
II).
2. Pemupukan
Pemberian pupuk organik antara
lain: pupuk kandang ayam, sapi dan kambing
dilakukan dengan cara disebar satu
hari sebelum tanam, sebanyak 100 g/tanaman
atau 2kg/petak, kemudian diaduk rata
dengan tanah.
3. Persiapan Benih
Benih bayam dipilih yang memiliki
kualitas cukup baik yaitu daya tumbuh
besar (lebih dari 90 %),
tidak tercampur benih varietas lain, bebas hama dan penyakit, sehat dan mengkilap.
4. Penanaman
Tanaman bayam merah ditanam pada petak percobaan/guludan yang berukuran 2 m x 1 m, dengan jarak tanam 50 cm x 20 cm dengan
jumlah biji dua biji/
lubang. Penanaman dilakukan
pada sore hari.
5. Pemeliharaan tanaman, meliputi :
a. Penyiraman
Penyiraman
dilakukan dua
kali sehari yaitu
pagi
dan
sore hari. Kemudian
setelah
pertumbuhan normal penyiraman dilakukan
dua hari sekali.
b. Penyiangan
Penyiangan perlu dilakukan sesering mungkin, agar tanaman bayam tidak terganggu gulma. Penyiangan dilakukan
dengan membersihkan/mencabuti tumbuhan (gulma) yang tumbuh disekitar.
c. Pemberantasan hama dan penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan secara bertahap,
yakni dengan menggunakan
furadan sebagai pencegah terhadap hama uret. serta
menggunakan Insektisida Decis 25 EC, disemprotkan
1 minggu sekali atau
disesuaikan dengan
kondisi tanaman di lapangan.
1. Tinggi tanaman
( cm )
2. Jumlah daun (helai).
3. Diameter Batang (cm)
4 Bobot segar tanaman
( g )
5 Bobot kering tanaman (g )
A.
Tinggi tanaman
Hasil analisis tinggi tanaman disajikan pada lampiran IV. Dari
berbagai macam perlakuan yang diberikan
tidak ada beda nyata pada tinggi
tanaman umur 2,
4, MST, tetapi pada umur 6 MST berbeda nyata. Tabel 3 menunjukkan bahwa pada umur 6
MST pupuk kandang
ayam nyata lebih baik dibandingan dengn pupuk kandang
sapi.
Tetapi pupuk kandang
kambing dan ayam sama baiknya dalam meningkatkan tinggi tanaman.
B. Jumlah daun
Hasil analisis dari jumlah daun disajikan dalam lampiran V. Dari berbagai
macam perlakuan yang diberikan tidak ada beda nyata pada jumlah umur 2, 4, MST,
tetapi pada umur 6 MST, ada pengaruh
nyata dari perlakuan
berbagai macam pupuk kandang terhadap jumlah daun.
Tabel 4 menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam, kambing dan sapi sama baiknya dalam meningkatkan
jumlah daun,pada umur 4 dan 6
MST. Pupuk
kandang
ayam nyata
lebih
baik
dalam meningkatkan
jumlah daun dibandingkan dengan tanpa pupuk (kontrol)
C. Diameter batang
Hasil analisis dari diameter batang
disajikan
dalam lampiran VI.
Dalam
lampiran ini menunjukkan bahwa pada umur 2 MST
tidak
ada pengaruh nyata. Tetapi
pada saat umur 4 dan 6 MST ada pengaruh
nyata dari perlakuan berbagai macam
pupuk kandang terhadap diameter batang.
Tabel 5 menunjukkan bahwa penggunaan pupuk
kandang ayam pada umur 4 MST
lebih baik dibandingkan pupuk kandang sapi dan tanpa pupuk (kontrol), tetapi sama
baiknya
dibandingkan dengan pupuk kandang kambing. Pada umur 6 MST, pupuk kandang
ayam lebih baik dibandingkan pupuk sapi dan tanpa
pupuk (kontrol) pada diameter batang
tanaman bayam merah.
D. Bobot segar tanaman
Hasil analisis dari bobot segar tanaman disajikan dalam lampiran VII. Di dalam lampiran tersebut hasil analisis menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata
dari berbagai macam pupuk kandang terhadap bobot
segar tanaman yang diukur pada saat panen. Rerata bobotsegar tanaman pada berbagai macam
penggunaan pupuk kandang tersaji dalam
Tabel 6. menggunakan pupuk kandang ayam lebih baik dibandingkan dengan pupuk kandang
sapi dan tanpa pupuk (kontrol) pada bobot
segar tanaman bayam merah.
E. Bobot kering tanaman
Hasil analisis dari bobot kering tanaman disajikan dalam lampiran VIII. Di
dalam lampiran tersebut dapat dilihat
bahwa hasil analisis menunjukkan
ada pengaruh yang nyata dari penggunaan berbagai
macam pupuk kandang terhadap
berat kering tanaman yang diambil atau diukur pada saat panen. Rerata bobot kering tanaman pada
berbagai macam penggunaan pupuk kandang tersaji dalam Tabel 7. Menggunakan pupuk kandang ayam lebih baik dibandingkan dengan pupuk kandang sapi dan tanpa
pupuk (kontrol) pada bobot kering tanaman bayam merah
. DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2003. Laporan Statistik Pertanian Tanaman Pangan
dan Hortikultura
Kabupaten Badung. Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Kabupaten Badung.
Dewi, H. 2005. Pengaruh pupuk kandang dan inokulasi
rhizobium terhadap
pertumbuhan kembali lamtoro gung (Leucaena leucochepala) setelah
pemotongan pertama.
J.
Pastura 2(1) : 1-5.
Gomez, A.K. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian.
UI Press.
Jakarta. 698 hlm.
Comments