Makalah Asam dan Basa
KATA PENGANTAR
Bismilahirahmanirahim.
Puji dan syukur kita panjatkan
kekhadirat Allah Swt yang telah memberikan taufik dan hidayahNya kepada
penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Shalawat serta salam semoga tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, para sahabatnya,
tabiuttabiin, dan mudah-mudahan sampai kepada kita selau umatnya. Amin.
Seiring dengan berakhirnya penyusunan
makalah ini, sepantasnyalah penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah turut membantu penyusun dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari masih banyaknya
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu peyusun berharap
adanya kritik dan saran yang membangun. Penyusun berharap kiranya makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca dan mudah-mudahan makalah ini
dijadikan ibadah di sisi Allah Swt. Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Tujuan
dan Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI
ASAM-BASA
1. Teori
Asam-Basa Arrhenius
2. Teori
BrΦnsted
dan Lowry
B. Kekuatan Asam dan Basa
C. Asam
dan Basa dapat Dibedakan dari Rasa dan Sentuhan
D. Asam
dan Basa dalam Kehidupan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam dan basa
merupakan sesuatu yang tidak asing lagi dalam kehidupan kita sehari. Banyak
barang yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari termasuk ke dalam contoh
asam dan basa. Seperti buah-buahan, sayur-sayuran, bahan industri, dan lain
sebagainya.
Asam dan basa ini
juga merupakan materi yang wajib dipelajari bagi mahasiswa Teknik Lingkungan.
Dalam pembelajarannya diberikan tugas dari dosen kepada mahasiswa-nya yang
berupa makalah mengenai Asam dan Basa.
Oleh karena itu,
makalah ini dibuat untuk memenuhi kewajiban dan amanah yang diberikan oleh
dosen kepada mahasiswa-nya.
B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui dan bisa mendalami ilmu mengenai
asam dan basa.
BAB II
PEMBAHASAN
Sekitar tahun 1800,
banyak kimiawan Prancis termasuk Antoine Lavoisier secara keliru berkeyakinan
bahwa semua asam mengandung oksigen. Lavoisier mendefinisikan asam sebagai zat
mengandung oksigen karena pengetahuannya akan asam kuat hanya terbatas pada
asam-asam okso dan karena is tidak mengetahui komposisi sesungguhnya dari asamasam
halida, HCI, HBr, dan HI.
Lavoisier-lah
yang memberi nama oksigen dari dua kata bahasa Yunani yaitu oxus (asam)
dan gennan (menghasilkan) yang berarti “penghasil/pembentuk asam”.
Setelah unsur klorin, bromin, dan iodin teridentifikasi dan ketiadaan oksigen
dalam asam – asam halida ditemukan oleh Sir Humphry Davy pada tahun 1810,
definisi oleh Lavoisier tersebut kemudian ditinggalkan. Kimiawan Inggris pada
waktu itu, termasuk Humphry Davy berkeyakinan bahwa semua asam mengandung
hidrogen. Setelah itu pada tahun 1884, ahli kimia Swedia yang bernama Svante
August Arrhenius dengan menggunakan landasan ini, mengemukakan teori ion dan
kemudian merumuskan pengertian asam.
Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari
asam. Jika asam dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan
sehingga sifat asam dan basa dihilangkan.
A. TEORI ASAM-BASA
1. Teori Asam-Basa Arrhenius
Menurut Arrhenius
pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidrogen
(atau ion hidronium, H3O+) sehingga dapat meningkatkan
konsentrasi ion hidronium (H3O+).
Basa adalah zat
yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat meningkatkan
konsentrasi ion hidroksida.
Reaksi keseluruhannya :
Secara umum :
Konsep asam basa
Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat diterapkan pada
larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H+ dan
OH-.
2. Teori BrΦnsted dan Lowry
Di tahun 1923,
kimiawan Denmark Johannes Nicolaus BrΦnsted (1879-1947) dan kimiawan Inggris
Thomas Martin Lowry (1874-1936) secara independen mengusulkan teori asam basa
baru, yang ternyata lebih umum.
asam: zat yang mendonorkan proton (H+)
pada zat lain
basa : zat yang dapat menerima proton
(H+) dari zat lain.
Berdasarkan teori ini, reaksi antara
gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi asam basa, yakni
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol (g) dan (s)
menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida mendonorkan proton
pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat
dapat berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah
melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa.
Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan
sebagai basa.
Dalam suatu larutan
asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl + H2O → Cl– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam
konjugat2
Basa konjugat dari
suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton pindah dari asam
tersebut.
Asam konjugat dari suatu basa adalah
spesi yang terbentuk ketika satu proton ditambahkan ke basa tersebut.
Dalam reaksi di atas,
perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton, dan perubahan antar keduanya
adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut hubungan konjugat, dan pasangan
HCl dan Cl– juga disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion
CO3 2– bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32–
dan H2O, yang pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan
keduanya membentuk pasangan asam basa konjugat.
H2O + CO32–
→
OH– + HCO3–
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam
konjugat2
Zat disebut sebagai
amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau basa. Air adalah zat
amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion
hidroksida
adalah contoh reaksi zat amfoter
H2O + H2O → OH– + H3O+
asam1+basa 2 → basa konjugat1+asam konjugat2
B.
Kekuatan Asam dan Basa
Pada dasarnya
skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada konsentrasi ion H+ dalam
larutan. Makin besar konsentrasi ion H+ makin asam larutan tersebut. Umumnya
konsentrasi ion H+ sangat kecil, sehingga untuk menyederhanakan penulisan,
seorang kimiawan dari Denmark bernama Sorrensen mengusulkan konsep pH untuk
menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama dengan negatif logaritma
konsentrasi ion H+ dan secara matematika diungkapkan dengan persamaan :
1. Derajat keasaman (pH)
Untuk air murni pada temperatur 25 °C :
[H+] = [OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga pH air murni = – log 10-7 = 7.
Jika pH = 7, maka larutan
bersifat netral
Jika pH < 7, maka larutan bersifat
asam
Jika pH > 7, maka larutan bersifat
basa
Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH
= 14
2. Asam Kuat
Disebut asam kuat
karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Untuk
menyatakan derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung dari
konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.
3. Asam Lemah
Disebut asam lemah
karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya,
α
≠ 1, (0 < α
< 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung
dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat). Penghitungan derajat
keasaman dilakukan dengan menghitung konsentrasi [H+] terlebih
dahulu dengan rumus :
di mana, Ca = konsentrasi
asam lemah
Ka = tetapan ionisasi asam
lemah
4. Basa Kuat
Disebut basa kuat
karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Pada penentuan
derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH dari
konsentrasi basanya.
5. Basa lemah
Disebut basa lemah
karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan
besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan langsung dari
konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat), akan tetapi harus
dihitung dengan menggunakan rumus :
di mana, Cb = konsentrasi
basa lemah
Kb = tetapan ionisasi basa
lemah
C. Asam dan Basa dapat Dibedakan dari
Rasa dan Sentuhan
Asam mempunyai rasa
masam. Rasa masam yang kita kenal misalnya pada beberapa jenis makanan seperti
jeruk, jus lemon, tomat, cuka, minuman ringan (soft drink) dan beberapa produk
seperti sabun yang mengandung belerang dan air accu (Gambar 13). Sebaliknya,
basa mempunyai rasa pahit. Tetapi, rasa sebaiknya jangan digunakan untuk
menguji adanya asam dan basa, karena beberapa asam dan basa dapat mengakibatkan
luka bakar dan merusak jaringan.
Seperti halnya rasa,
sentuhan bukan merupakan cara yang aman untuk menguji basa, meskipun kita
telah terbiasa dengan sentuhan sabun saat mandi atau mencuci. Basa
(seperti sabun) bersifat alkali, bereaksi dengan protein di dalam kulit
sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian. Reaksi ini merupakan bagian
dari rasa licin yang diberikan oleh sabun, yang sama halnya dengan proses
pembersihan dari produk pembersih saluran.
D. Asam dan Basa dalam Kehidupan
Beberapa Asam dan Basa Yang Telah
Dikenal
Asam merupakan
kebutuhan industri yang vital. Empat macam asam yang paling penting dalam
industri adalah asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat dan asam klorida. Asam
sulfat (H2SO4) merupakan cairan kental menyerupai oli.
Umumnya asam sulfat digunakan dalam pembuatan pupuk, pengilangan minyak, pabrik
baja, pabrik plastik, obat-obatan, pewarna, dan untuk pembuatan asam lainnya.
Asam fosfat (H3PO4) digunakan untuk pembuatan pupuk dan
deterjen. Namun, sangat disayangkan bahwa fosfat dapat menyebabkan
masalah pencemaran di danau-danau dan aliran sungai.
Asam nitrat (HNO3)
banyak digunakan untuk pembuatan bahan peledak dan pupuk. Asam nitrat pekat
merupakan cairan tidak berwarna yang dapat mengakibatkan luka bakar pada kulit
manusia. Asam klorida (HCl) adalah gas yang tidak berwarna yang dilarutkan
dalam air. Asap HCl dan ion-ionnya yang terbentuk dalam larutan, keduanya
berbahaya bagi jaringan tubuh manusia.
Dalam keadaan murni,
pada umumnya basa berupa kristal padat. Beberapa produk rumah tangga yang
mengandung basa, antara lain deodorant, antasid, dan sabun. Basa yang digunakan
secara luas adalah kalsium hidroksida, Ca(OH)2 yang umumnya disebut
soda kaustik suatu basa yang berupa tepung kristal putih yang mudah larut
dalam air. Basa yang paling banyak digunakan adalah amoniak. Amoniak merupakan
gas tidak berwarna dengan bau yang sangat menyengat, sehingga sangat
mengganggu saluran pernafasan dan paru-paru bila gas terhirup. Amoniak
digunakan sebagai pupuk, serta bahan pembuatan rayon, nilon dan asam nitrat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asam dalam pelajaran
kimia adalah senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan
larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam adalah suatu
zat yang dapat memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa),
atau dapat menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Asam terbagi atas
dua maca yaitu asam kuat dan asam lemah. Asam mempunyai rasa asam dan bersifat
korosif.
Basa adalah senyawa
kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa memiliki pH
lebih besar dari 7. Seperti hal-nya asam, basa juga terbagi dua macam yaitu
basa kuat dan basa lemah.
Basa mempunyai rasa pahit dan merusak
kulit, terasa licin seperti sabun bila terkena kulit. Dan dapat menetralkan
asam.
Jika pH = 7, maka larutan
bersifat netral. Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam. Jika pH > 7,
maka larutan bersifat basa.
B. Saran
Berdasarkan
pembahasan tersebut, saran penulis yaitu agar meneliti air tersebut terlebih
dahulu sebelum mengonsumsinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/kekuatan-asam-dan-basa/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/konsep-ph-poh-dan-pkw/
http://www.smkn1bandung.com/modul/adaptip/adaptif_kimia/larutan_asam_dan_basa.pdf
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/sifat-sifat-asam-basa-dan-garam/
Comments