BELAJAR DAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Teori Belajar/Aliran Fsikologi Kognitif Dalam Pembelajaran Matematika)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas kasih karunia-Nyaakhirnya makalah ini dapat kami selesaikan.
Sesuai dengan bimbingan dari Ibu Dosen akhirnya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Adapun topik makalah yang kami bawakan adalah tentang
Psikologi Pembelajaran Matematika Aliran Kognitif.
Kognitif merupakan suatu
proses yang terjadi dalam akal
pikiran manusia. Belajar adalah
suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan
berbekas.
Akhir kata bila ada kesalahan dalam penulisan dalam
makalah ini kami mohon maav dan kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk menyempurnakan makalah ini. Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Rumusan Masalah
C.
Tujuan Pembahasan
D.
Mamfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teori Belajar Kognitif
B.
Teori - Teori belajar Kognitif
C.
Hubungan Psikologi Teori Belajar Dengan Proses Pembelajaran
D.
Aplikasi Teori Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Psikologi kognitif
menyatakan bahwa prilaku manusian tidak ditentukan oleh stimulus yang berada di luar dirinya,melainkan faktor yang ada pada dirinya sendiri.
Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau putensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar drngan
pengalaman itu manusia bisa mampu memberi respon terhadap stimulus. Berdasarkan
pandangan itu, teori psikologi kognitif memandang pembelajaran sebagai proses
pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama unsur fikiran untuk dapat mengenal dan
memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain aktifitas pada diri
manusia ditekankan pada proses internal dalam berfikir. Yakni, proses
pengelolaan informasi.
Titik fokus yang menjadi pusat perhatian suatu teori
selalu ada. Ada yang lebih mementingkan proses belajar, ada yang lebih
mementingkan sistem informasi yang diolah daam proses belajar, dan
lain-lain. Namun faktor-faktor lain
diluar titik fokus itu seperti lingkungan juga selalu diperlukan untuk
menjelaskan proses belajar.
Pembelajaran menurut aliran kognitif, yang mana dalam
pembelajaran kognitif menitik beratkan belajar aktif, belajar lewat interaksi
social, belajar lewat pengalaman pribadi ini di kemukakan oleh jean piaget.
Aliran kognitif berjalan dengan baik dan sekerang ini diterapkan seperti pada
kurikulum berbasis tujuan pendidikan yang mana didalamnya mempunyai aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi siswa di tuntut untuk aktif di dalam
kelas ini merujuk pada pembelajaran menurut aliran kognitif yang menjadikan
siswa dapat aktif di dalam proses pembelajaran karena di dalam pembelajarannya
guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan siswa di sini tidak menjadi objek
pembelajaran akan tetapi siswa sebagai subjek dari pembelajaran
Pembahasan ini sangat penting karena mengingat proses
belajar yang terjadi didalam kelas berlangsung dalam proses komunikasi yang
berisi pesan-pesan yang berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip dan
keterampilan yang sering digunakan dalam sehari-hari. Proses pembelajaran
dituntut untuk secara aktif berpartisipasi. Keaktifan berpartisipasi ini
memberikan kesempatan yang luas mengembangkan potensi, bakat yang dimiliki oleh
masing-masing siswa.
Rumusan Masalah
1.
Apa defenisi psikologi teori belajar kognitif?
2.
Bagaimana teori-teori belajar kognitif?
3.
Bagaimana Hubungan psikologi teori belajar dengan proses
pembelajaran?
4.
Bagaimana aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran?
Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mengetahui defenisi Psikologi Teori Belajar Kognitif
2.
Untuk mengetahui Teori-teori belajar kognitif
3.
Untuk mengetahui hubungan
psikologi teori belajar dengan proses pembelajaran
4.
Untuk mengetahui aplikasi
teori belajar kognitif dalam pembelajaran.
Manfaat Penulisan
1.
Bagi Guru
Untuk mengetahui perkembangan kognitif siswa sehingga
guru dapat menerapkan secara aktif dan menyesuakan cara / metode yang digunakan
dalam pembelajaran sehingga memperoleh
hasil yang maksimal.
2.
Bagi Pembaca
Sebagai
bahan referensi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Belajar Kognitif
Belajar merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia
yang paling penting dalam upaya mempertahankan hidup dan mengembangkan diri.
Dalam dunia pendidikan belajar merupakan aktivitas pokok dalam penyelenggaraan
proses belajar-mengajar. Dimana melalui
belajar seseorang dapat memahami sesuatu konsep yang baru atau melalui
perubahan tingkah laku, sikap dan keterampilan.
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada cara-cara
seseorang menggunakan pemikirannya untuk belajar, mengingat, dan menggunakan
pengetahuan yang telah dipeorleh dan disimpan pikirannya secara efektif.
Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia
tidak ditentukan oleh stimulus yang berada diluar dirinya, melainkan oleh
faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor intern ini berupa kemampuan
atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar dan dengan pengenalan itu
manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan pandangan
tersebut teori belajar psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses
perfungsian kognisi, terutama unsur pikiran, dengan kata lain bahwa aktivitas
belajar pada diri manusia ditentukan pada proses internal dalam pikiran yakni
proses pengolahan informasi.
Ciri – ciri aliran belajar kognitif :
1.
Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia.
2.
Mementingkan peranan kognitif
3.
Mementingkangkan kondisi waktu sekarang
4.
Mementingkan oembentukan struktur kognitif
5.
Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
6.
Mengutamakan insight (pengertian, pemahaman)
Sesuai dengan kriteria matematika maka belajar
matematika lebih cenderung termasuk ke dalam aliran belajar kognitif yang
proses dan hasilnya tidak dapat dilihat langsung dalam konteks perubahan
tingkah laku.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar
adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam
diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya
untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah
laku, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas.
B. Teori – Teori Belajar Kognitif
1. Teori Piaget
Jean Piaget
menyebutkan bahwa struktur kognitif sebagai Skemata (Schemas), yaitu kumpulan
dari skema-skema. Seorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus
disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara
kronologis, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga
individu yang lebih dewasa memliki struktur kognitif yang lebih lengkap dari
pada ketika ia masih kecil. Perkembangan skemata ini terus-menerus melalui
adaptasi dengan lingkungannya. Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran
tertentu dalam pikiran anak. Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah
pola penalaran anak tersebut. Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang
telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan dengan dua cara, yaitua similasi
dan akomodasi. Asimilasi adalah pengintegrasian stimulus baru kedalam skemata
yang telah terbentuk secara langsung. Akomodasi adalah proses pengintegrasian
stimulus baru kedalam skema yang telah terbentuk secara tidak lansung.
Tahap perkembangan kognitif:
·
Tahap Sensori Motor (sejak lahir sampai dengan 2 tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman
diperoleh melalui perbuatan fisik (gerakan anggota tubuh) dan
sensori(koordinasi alat indra).
·
Tahap Pra Operasi (2 tahun sampai dengan 7 tahun)
Ini merupakan tahap persiapan untuk pengorganisasian
operasi konkrit. Operasi konkrit adalah berupa tindakan tindakan kognitif
seperti mengklasifikasikan sekelompok objek, menata letak benda berdasarkan
urutan tertentu dan membilang.
·
Tahap Operasi Konkrit(7 tahun sampai dengan 11 tahun)
Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami konsep
kekekalan, kemampuan mengklasifikasi, mampu memandang suatu objek dari sudut
pandang yang berbeda secara objektif, dan mampu berfikir reversible.
·
Tahap Operasi Formal (11 tahun dan seterusnya)
Tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan
kognitif secara kualitas. Anak pada tahap ini sudah mampu malakukan penalaran
dengan menggunakan hal-hal yang abstrak. Anak mampu bernalar tanpa harus
berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung, dengan hanya menggunakan
simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan generalisasi.
Kaitan antara teori belajar Piaget dengan penggunaan
media pembelajaran matematika ini adalah pada tahap operasi konkrit dimana
siswa tidak akan bisa memahami konsep tanpa benda-benda konkrit.
2. Teori Bruner
Jerome s. Bruner (1915) adalah
seorang ahli psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah
eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia,
motivasi, belajar, dan berfikir. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap
manusia pemproses, pemikir, dan pencipta informasi (dalam wilis Dahar,
1988;118) Jerome Brunner
menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran
anak diarahkan pada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam
pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antara
konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut. Bruner menyarankan keaktifan anak
dalam proses belajar secara penuh agar anak dapat mengenal konsep dan struktur
yang tercakup dalam bahan yang sedag dibicarakan, sehingga anak akan memahami
materi yang harus dikuasainya itu.
Dalam proses pembelajaran hendaknya siswa diberi
kesempatan untuk memanipulasi benda-benda dengan menggunakan media pembelajaran
matematika. Melalui penggunaan media pembelajaran matematika yang ada, siswa
akan melihat langsung keteraturan dan pola strukur yang terdapat dalam
penggunaan media pembelajaran matematika yang diperhatikannya.
Menurut Bruner, jika seseorang
memmpelajari pengetahuan (Misalnya mempelajari suaatu konsep matamatika),
pengetahuan itu perluh dipelajari dalam tahap-tahap tertentu, agar pengetahuan
itu dapat diinteralisasi dalam fikiran(struktur kognitif) orang tersebut.
Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses
belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dalam 3
tahap, yang macam dan urutannya adalah sebagai berikut (dalam
Suwarsono,2002;26):
1. Tahap Pengaktif
Suatu tahap pembelajaran sutu pengetahuan dimana
pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menkongkret atau
menggunakan situasi yang nyata.
2. Tahap Ikonik
Suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana
pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imagery), gamabr, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret
yang terdapat pada tahap penaktif tersebut diatas
3. Tahap
Simbolik
Suatu tahap
pembelajaran dimana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk
simbol-simbol abstrak (abstract symbols yaitu symbol-simbol arbiter yang
dipakai berdasarkan kesepakatan
orang-orang dalam bidang bersangkutan ), baik simbol-simbol
verbal (Misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat) lambing-lambang matematika
maupun lambing-lambang abstrak lainnya
Dalil-dalil yang didapatkan Bruner setelah mengadakan pengamatan ke sekolah-sekolah:
a. Dalil Penyusunan (construction the orem)
Dalil ini menyatakan bahwa jika anak ingin mempunyai kemampuan
menguasai konsep, teorema, definisi dan semacamnya, anak harus dilatih untuk
melakukan penyusunan representasinya. Ini berarti, jika anak aktif dan terlibat
dalam kegiatan mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan
representasi tersebut, maka anak akan lebih memahaminya.
b. Dalil Notasi (notation the orem)
Notasi memiliki peranan penting dalam penyajian
konsep. Penggunaan notasi dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus
disesuaikan dengan tahap perkembangan mental anak. Penyajiannya dilakukan
dengan pendekatan spiral, dimana setiap ideide matematika disajikan secara
sistematis dengan menggunakan notasi-notasi yang bertingkat.
c. Dalil Kekontrasan dan Keanekaragaman (contrasand variation the orem)
Pengontrasan dan keanekaragaman sangat penting
dalam melakukan pengubahan konsep
dipahami dengan mendalam, diperlukan contoh-contoh yang banyak, sehingga anak
mampu mengetahui karakteristik konsep tersebut.
d. Dalil Pengaitan (connectivity the orem)
Dalam matematika itu satu konsep dengan konsep lainnya
terdapat hubungan erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi
rumus-rumus yang digunakan.Materi yang satu merupakan prasyarat bagi yang
lainnya atau konsep yang satudi perlukan untuk menjelaskan konsep lainnya.
4. Teori Gestalt
Tokoh aliran ini adalah John Dewey. Ia mengemukakan
bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru
harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian,
b. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus
memperhatikan kesiapan intelektual siswa
c. Mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar.
5. Teori Brownell
W.Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus
merupakan belajar bermakna dan belajar pengertian. Dia juga menegaskan bahwa
belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses yang bermakna.
6. Teori Dienes
Zoltan P.Dienes adalah seorang matematikawan yang
memfokuskan perhatiannya pada cara pengajaran. Dienes menekankan bahwa dalam
pembelajaran sebaiknya dikembangkan suatu proses pembelajaran yang menarik
sehingga bisa meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika. Dienes
mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran sangatlah penting untuk
menyajikan konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika dalam bentuk yang
konkrit. Hal ini dilakukan agar konsep dan prinsip tersebut dapat dipahami
dengan baik oleh siswa. Ini mengandung arti bahwa benda-benda atau obyek-obyek
dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam
pengajaran matematika.
7. Teori Van Hiele
Dalam pengajaran geometri terdapat teori belajar yang
dikemukakan oleh Van Hiele (1954), yang menguraikan tahap-tahap perkembangan
mental anak dalam geometri. Van Hiele adalah seorang guru bangsa Belanda yang
mengadakan penelitian dalam pengajaran geometri. Menurut Van Hiele ada tiga
unsur dalam pengajaran matematika yaitu waktu, materi pengajaran dan metode
pengajaran, jika ketiganya ditata secara terpadu maka akan terjadi peningkatan
kemampuan berfikir anak kepada tingkatan berfikir lebih tinggi.
Tahap belajar anak dalam belajar geometri:
·
Tahap pengenalan (visualisasi)
Anak mulai belajar mengenai suatu bentuk geometri
secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk
geometri yang dilihatnya itu.
·
Tahap analisis
Anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki
dan keteraturan-keteraturan yang terdapat pada benda geometri yang diamatinya.
·
Tahap pengurutan
Anak sudah mampu menarik kesimpulan atau disebut
berfikir deduktif walaupun belum berkembang secara penuh. Anak juga sudah mampu
mengurutkan keteraturan-keteraturan yang sudah dikenali sebelumnya.
·
Tahap deduksi
Anak sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif.
Anak sudah mulai memahami dalil atau menggunakan aksioma dan postulat yang
digunakan dalam pembuktian.
·
Tahap akurasi
Anak sudah mulai menyadari pentingnya ketepatan dari
prinsip-prinsip dasar yang melandasi pembuktian.
Hubungan aliran kognitif dengan pembelajaran
Psikologi kognitif menyatakan bahwa perilaku manusia
tidak ditentukan oleh stimulus yang berada dari luar dirinya , melainkan oleh
faktor yang ada pada dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa
kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan
pengalaman itu manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan
pandangan itu, teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses
pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsure pikiran, untuk dapat mengenal
dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata
lain, aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam
berfikir, yakni proses pengelolaan informasi.
Kegiatan pengelolaan informasi yang berlangsung di
dalam kognisi itu akan menentukan perubahan perilaku seseorang. Bukan
sebaliknya jumlah informasi atau stimulus yang mengubah perilaku. Demikian pula
kinerja seseorang yang diperoleh dari hasil belajar tidak tergantung pada jenis
dan cara perberian stimulus, melainkan lebih ditentukan oleh sejauh mana
sesaeorang mampu mengelola informasi sehingga dapat disimpan dan digunakan
untuk merespon stimulus yang berada di sekelilingnya. Oleh karena itu teori
belajar kognitif menekankan pada cara-cara seseorang menggunakan pikirannya
untuk belajar, mengingat dan menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan
disimpan didalam didalam pikirannya secara efektif.
Teori belajar kognitif menekankan pada kemampuan siswa
dan menganggap bahwa siswa sebagai subjek didik. Jadi siswa harus aktif dalam
proses belajar mengajar, Fungsi guru adalah menyediakan tangga pemahaman yang
puncaknya adalah tangga pemahaman paking tinggi, dan siswa harus mencari cara
sendiri agar dapat menaiki tangga tersebut. Jadi peran guru adalah:
a)
Memperlancar proses
pangkonstruksian pengetahuan dengan cara membuat informasi secara bermakna dan
relevan dengan siswa,
b)
Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan atau menerapkan gagasannya sendiri , dan
c)
Membimbing siswa untuk
menyadari dan secara sadar menggunakan strategi belajar sendiri.
Aplikasi Teori Belajar Kognitif Dalam Pembelajaran
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan
sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi,
reorganisasi perseptual, dan proses internal. Dalam merumuskan tujuan
pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran tidak lagi
mekanistik sebagaimana pada teori behavioristik namun dengan memperhitungkan
kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar agar belajar
lebih bermakna bagi siswa.
Karakteristik dari proses belajar ini adalah:
a.
Belajar merupakan proses pembentukan makna berdasarkan pengetahuan yang
sudah dimiliki melalui interaksi secara langsung dengan obyek.
b.
Belajar merupakan proses pengembangan pemahaman dengan membuat pemahaman
baru.
c.
Agar terjadi interaksi antara anak dan obyek pengetahuan, maka guru harus
menyesuaikan obyek dengan tingkat pengetahuan yang
sudah dimiliki anak.
d.
Proses belajar harus dihadirkan secara autentik dan alami. Anak dihadirkan
dalam situasi obyek sesungguhnya dan harus sesuai dengan perkembangan anak.
e.
Guru mendorong dan menerima otonomi dan insiatif anak.
f.
Memberi kegiatan yang menumbuhkan rasa keingintahuan siswa dan membantu
mereka untuk mengekspresikan ide dan mengkomunikasikannya dengan orang lain.
g.
Guru menyusun tugas dengan menggunakan terminologi kognitif yaitu meminta
anak untuk mengklasifikasi, menganalisa, memprediksi.
h.
Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk merespon proses pembelajaran.
i.
Guru memberi kesempatan berpikir setelah memberi pertanyaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikologi pembelajaran matematika aliran kognitif adalah
kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Proses ini
meliputi bagaimana informasi dipeorleh, dipresentasikan dan ditransperkan
sebagai pngetahuan. Pengetahuan itu muncul kembali sebagai petunjuk dalam sikap
dan perilaku manusia. Oleh karena it, psikologi kognitif juga disebut psikologi
pemproses informasi.
Prinsip – prinsip
utama pembelajaran kognitif adalah :
1.
Pembelajaran yang aktif
2.
Prinsip pembelajaran dengan interaksi sosial untuk menambah khasanah
perkembangan kognitif siswa dan mengahdiri kodnitif yang bersifat egoisentris.
3.
Belajar dengan menerapkan apa yang dipelajari agar siswa mempunyai
pengalaman dalam mengeksplorasi kognitifnya lebih dalam.
4.
Adanya guru yang memberikan arahan agar siswa tidak melakukan banyak
kesalahan dalam kesempatannya untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang
positif.
5.
Pembelajaran dilakukan dari pengenalan umum ke khusus (Ausable) dan
sebaliknya dari khusus ke umum atau dari konkrit ke abstrak (Piaget).
6.
Pembelajaran tidak akan berhenti sampai ditemukan unsur-unsur baru lagi
untuk dipelajari.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas kami memberikan beberapa saran
sebagai berikut;
1.
Bagi guru , supaya dapat mengefektifkan cara belajar siswa yang aktif ,
menunjang prestasi siswa , dan mengembangkan
ranah kognitif.
2.
Bagi pembaca ,Makalah ini belum sempurna sebagaimana yang diperlukan maka
kami sangat mengharapkan kritik, saran, ide demi memperbaiki makalah
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Supriono, Widodo. (1991). Psikologi
Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Biggs, J.B & Collis, K.F. (1982). Evaluating
The Quality Of Learning: the SOLO Taxonomy. New York: Academic Press
Suherman, Erman & Winataputra, Udin S. (1992). Strategi
Belajar Mengajar Matematika. Dipdikbud. Jakarta.
Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Grasindo.
Suwarsono,2002. Teori-teori
perkembangan kognitif dan proses pembelajaran yang Relevan untuk pembalajaran Matematika
Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS)
Comments