MAKALAH KARYA ILMIAH
Tugas
MAKALAH
KARYA ILMIA
DISUSUN
OLEH
SAHABUDDIN
X TKR 1
SMK
NEGERI 3 PINRANG
TAHUN
AJARAN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan
saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah
ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
Kata
pengantar
Daftar
isi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
BAB II KAJIAN
TEORI
A. Pengertian
Kesehatan Masyarakat (Notoatmodjo, 2003)
B. Asas
Manfaat
BAB III PEMBAHASAN
A. Penerapan
Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Pada Pendidikan Formal
B. Kekayaan
daerah di indonesia
C. Penerapan
ilmu gizi berbasis makanan khas daerah
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sanitasi
merupakan salah satu komponen dari kesehatan masyarakat, yaitu perilaku yang
disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuhan
langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan
dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Dalam penerapannya di
masyarakat, sanitasi meliputi penyediaan air, pengelolaan limbah, pengelolaan
sampah, kontrol vektor, pencegahan dan pengontrolan pencemaran tanah, sanitasi
makanan, serta pencemaran udara. Kesehatan lingkungan di Indonesia masih
memprihatinkan. Belum optimalnya sanitasi di Indonesia ini ditandai dengan
masih tingginya angka kejadian penyakit infeksi dan penyakit menular di
masyarakat. Pada saat negara lain pola penyakit sudah bergeser menjadi penyakit
degeneratif, Indonesia masih direpotkan oleh kasus demam berdarah, Diare,
Kusta, serta Hepatitis A yang seakan tidak ada habisnya.
Kondisi
sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negaranegara tetangga.
Dengan Vietnam saja Indonesia hampir disalip, apalagi dibandingkan dengan
Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen tinggi terhadap kesehatan
lingkungan di negaranya. Jakarta hanya menduduki posisi nomor dua dari bawah
setelah Vientianne (Laos) dalam pencapaian cakupan sanitasinya. Sanitasi sangat
menentukan keberhasilan dari paradigma pembangunan kesehatan lingkungan lima
tahun ke depan yang lebih menekankan pada
aspek pencegahan (preventif) daripada aspek pengobatan (kuratif). Dengan adanya
upaya preventif yang baik, angka kejadian penyakit yang terkait dengan kondisi
lingkungan dapat dicegah. Selain itu anggaran yang diperlukan untuk preventif
juga relatif lebih terjangkau dari pada melakukan upaya kuratif.
Anggaran
pemerintah untuk kesehatan masyarakat masih relatif minim. Dari anggaran yang
masih minim tersebut, sanitasi tidak berada di urutan yang dijadikan prioritas
utama. Besarnya investasi untuk pengembangan sanitasi diperkirakan hanya Rp20/orang/tahun,
lebih rendah dari yang dibutuhkan sebesar Rp40,000/orang/tahun. Buruknya
sanitasi ini menyebabkan kerugian terhadap ekonomi Indonesia sebesar 6,3 milyar
dolar AS setiap tahun pada tahun 2006, ini setara dengan 2.3% Produk Domestik
Bruto (PDB) kita. Pemerintah juga bekerjasama dengan beberapa negara berkembang
untuk meningkatkan fasilitas sanitasi dan kondisi penyediaan air bersih,
khususnya di daerah pedesaan. Sangat miris rasanya jika kita masih memerlukan
dana negara lain untuk membangun sanitasi di negeri sendiri.
B.
Rumusan Masalah
Kesehatan
masyarakat sangatlah penting sebagai kehidupan saat ini.
·
Bagaimana kondisi sanitasi lingkungan di Indonesia
·
Bagaimana upaya penerapan ilmu Gizi berbasis makanan khas daerah
·
Bagaiamana cara menjaga kesehatan lingkungan ini
·
Seperti apa Upaya yang benar mengantisipasi saat gejala sakit datang
C.
Tujuan
Penerapan
Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas daerah pada jenjang pendidikan formal dapat
memutus mata rantai penyebab masalah gizi dan kesehatan. Masalah-masalah
tersebut diantaranya gizi kurang, gizi
buruk, gizi lebih dan masalah kesehatan yang bersifat degeneratif seperti
penyakit jantung, diabetes mellitus, kanker, hipertensi, dll
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Pengertian Kesehatan Masyarakat (Notoatmodjo, 2003)
Menurut
Winslow (1920) bahwa Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah Ilmu dan
Seni : mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan,
melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian masyarakat “ untuk :
a.
Perbaikan sanitasi lingkungan
b.
Pemberantasan penyakit-penyakit menular
c.
Pendidikan untuk kebersihan perorangan
d. Pengorganisasian
pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.
e. Pengembangan rekayasa sosial
untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara
kesehatannya.
Menurut
Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui
usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Dari batasan kedua di atas, dapat
disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan
sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan
sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.
B.
Asas Manfaat
Secara
garis besar, upaya-upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan
ilmu kesehatan masyarakat antara lain sebagai berikut :
a.
Pemberantasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.
b.
Perbaikan sanitasi lingkungan
c.
Perbaikan lingkungan pemukiman
d.
Pemberantasan Vektor
e.
Pendidikan (penyuluhan) kesehatan masyarakat
f.
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
g.
Pembinaan gizi masyarakat
h.
Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
i.
Pengawasan Obat dan Minuman
j.
Pembinaan Peran Serta Masyarakat
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah Pada Pendidikan Formal
Selama
ini masih banyak paham di lingkungan masyarakat tentang kesehatan adalah
”sakit”. Ini tergambarkan pada kebiasaan yang terjadi seperti ingin sehat harus
minum obat sementara orang tersebut tidak sakit. Masih rendahnya pelayanan
kesehatan yang bersifat preventif dan promotif kepada masyarakat, yang didukung
oleh upaya penanganan masalah kesehatan yang sebagian besar tertuju kepada
orang sakit, mengakibatkan terwujudnya kegiatan yang hanya mau menyehatkan
orang yang sakit saja, bukan mempertahankan orang sehat tetap sehat dan lebih
produktif. Salah satu upaya untuk menyehatkan masyarakat dan memasyarakatkan
kesehatan adalah meningkatkan pengetahuan tentang makanan/gizi yang didasarkan
pada makanan khas daerah melalui pendidikan formal di tingkat dasar (tk dan
sd), smp, dan sma. Upaya ini mempunyai dua sisi mata pisau, yaitu 1) memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang guna terciptanya
keluarga sadar gizi (kadarzi) dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
optimal, dan 2) melestarikan kekayaan budaya indonesia tentang makanan khas
daerah yang bernilai gizi tinggi.
B.
KEKAYAAN DAERAH DI INDONESIA
Setiap
daerah yang ada di Indonesia mempunyai berbagai benda peninggalan atau situs
tertentu seperti candi, kuburan, kitab-kitab, istana. Selain itu, juga ada
peninggalan-peninggalan kebiasaan seperti pada prosesi pernikahan, kelahiran,
kematian, panen raya, dll. Lebih menarik lagi adalah kebiasaan dalam
mengkonsumsi makanan dengan bahan dasar berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan
secara lokal dengan proses pengolahan secara alami. Kondisi seperti itu sering
didefinisikan sebagai budaya. Banyak publikasi tentang budaya daerah-daerah di Indonesia yang terkenal,
dan ada yang terabadikan dengan ungkapan adat bersendikan syara, syara
bersendikan Kitabullah. Sangat disayangkan, sampai hari ini tidak sedikit
peninggalan budaya tersebut yang tidak terlacak lagi. Ada peninggalan budaya
yang sudah diklaim oleh negara tetangga bahwa itu adalah peninggalan budaya
bangsa mereka, seperti jenis lagu daerah dan tarian daerah. Namun masih banyak
yang tersisa, diantaranya adalah makanan yang biasa dikonsumsi oleh nenek
moyang kita, yang disebut dengan ”makanan khas daerah”. Banyak riset yang
mengatakan bahwa mengkonsumsi makanan yang alami dan sehat serta seimbang
dengan aktivitas sehari-hari akan mencegah terjadinya berbagai penyakit baik
infeksi maupun degeneratif. Faham kesehatan seperti ini masih terbatas diketahui
oleh masyarakat yang kadang kala menyatakan bahwa kesehatan hanya identik
dengan sakit.
Kesehatan
hanya akan berarti ketika sedang sakit dan pada saat sakit orang hanya berfikir
bagaimana mendapatkan obat atau disuntik. Mengapa pada saat sehat orang tidak
berfikir atau melakukan tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan dan
meningkatkan status kesehatannya sehingga lebih berproduktifitas? Pemahaman
lainnya yang sering ditemukan di masyarakat adalah bahwa kesehatan sebagai
sebuah upaya pengobatan, sehingga tidak sedikit orang yang dalam keadaan sehat
mau mengkonsumsi obat dengan alasan supaya membuat badan lebih sehat. Bukankah
telah banyak diketahui bahwa obat itu adalah racun bagi tubuh jika diminum
tidak sesuai dengan indikasi kesakitannya? Jika keadaan seperti ini terus berlanjut, tidak
tertutup kemungkinan suatu ketika terjadi penyakit degeneratif yang diderita
secara serentak oleh umat manusia karena tubuhnya dipenuhi oleh zat-zat kimia.
C.
PENERAPAN ILMU GIZI BERBASIS MAKANAN KHAS DAERAH
Upaya
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan sekarang ini dapat mencakup 4 (empat) hal
yaitu kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Empat jenis
pelayanan ini dilaksanakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Dalam mencapai keadaan kesehatan yang diharapkan, upaya preventif lebih baik
daripada upaya kuratif. Upaya reventif diantaranya melalui pengaturan makanan
dan berolahraga yang teratur serta menjaga kesehatan lingkungan dalam bentuk
perilaku hidup bersih dan sehat. Saat ini sangat diperlukan pemahaman tentang
pengaturan makanan, agar tidak terjadi lagi kesalahpahaman yang turun temurun,
yaitu menganggap makanan yang sehat itu adalah yang berharga mahal atau berasal
dari bahan makanan yang mahal, seperti beras yang enak, daging, ayam, sayuran
import, buah-buahan import, dll. Paham ini dapat dibenahi dengan memasyarakatkan
kembali makanan khas daerah pada masyarakat sebagai upaya untuk mengkonsumsi
makanan sehat alami. Makanan khas daerah mempunyai cita rasa yang sangat enak
sehingga, perlu dikembangkan sebagai bagian dari pelestarian budaya Indonesia.
Sudah tentu hal ini harus terintegrasi dengan upaya lain yang terkait dengan
keberadaan makanan khas tersebut. Integrasi yang dimaksudkan adalah tentang
ilmu yang berhubungan dengan analisis, pemanfaatannya dan proses-proses yang
lainnya sehingga meyakinkan bahwa makanan khas daerah ini dapat mencegah
terjadinya berbagai penyakit. Ilmu tersebut adalah ilmu gizi dan ilmu kesehatan
secara umum. Sangatlah cocok dipadukan dengan ilmu gizi, sehingga dapat diistilahkan
dengan ”ilmu gizi berbasis makanan khas daerah”. Untuk mengimplementasikan
”Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah” dapat dilakukan melalui penyuluhan dan
pendidikan formal secara berjenjang baik di tingkat dasar (TK dan SD), SMP maupun
SMA. Olehnya sangatlah dibutuhkan suatu kerja sama yang berkesinambungan antara
institusi terkait dan didukung sepenuhnya oleh unsur pimpinan daerah,
legislatif,
maupun
masyarakat itu sendiri. Masalah-masalah
kekurangan gizi dan masalah kesehatan yang bersifat degeneratif seperti
penyakit jantung, diabetes mellitus, kanker, hipertensi, dll. Adapun
masalah-masalah yang dimaksudkan diantaranya:
1. Paham masyarakat tentang makanan
yang baik dan bergizi sangat terbatas yang berarti keluarga belum sadar gizi.
2. Perlindungan terhadap konsumen
dari produk-produk yang merugikan dan berbahaya, masih sangat rendah dan sering
terabaikan
3. Menjamurnya produk-produk
makanan yang bermutu rendah dan bahkan merugikan kesehatan.
4. Menjamurnya produk-produk luar
negeri yang beredar di Indonesia dan telah dinyatakan berbahaya untuk kesehatan.
5. Banyak penyakit yang terjadi
sebagai akibat dari makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi syarat.
6. Adanya keracunan makanan karena
ketidaktahuan masyarakat
7. Angka kematian ibu dan bayi yang
masih tinggi yang didasari oleh permasalahan perdarahan sebagai dampak dari
anemia.
8. Masalah Anemia pada wanita usia
subur dan ibu hamil yang menyebabkanperdarahan sebagai pencetus terjadinya
kematian.
9. Banyaknya kasus-kasus gizi buruk
dan gizi lebih
10. Adanya tradisi-tradisi dalam
mengkonsumsi makanan yang perlu dimodifikasi sehingga makanan yang dikonsumsi
memenuhi nilai gizi.
11. Masalah kekurangan yodium.
12. Pelestarian dan pengembangan
budaya sebagai sumber daya yang dimiliki Sebagai ilustrasi dalam penerapannya:
1)
Pada saat masih PAUD anak sudah belajar tentang mencuci tangan, membiasakan
makan sayur, membiasakan makan ikan, makan tempe/tahu, makan beraneka ragam,
dll;
2) Pada saat SD anak sudah dapat menghindari makanan
yang menggunakan penyedap buatan, pewarna buatan, memilih makanan yang sehat,
dll;
3)
Pada saat SMP, anak sudah paham tentang perubahan fisik yang dialaminya terkait
dengan kebutuhan gizi yang lebih banyak; seperti haid untuk wanita, peningkatan
aktivitas untuk pria, dll;
4)
Pada saat SMA, anak sudah lebih memahami tentang makanan yang dibutuhkan untuk
ibu hamil, ibu menyusui, balita, untuk kebugaran, dll. Bukankah hal ini sangat
mendukung lebih dini tercapainya upaya pencegahan daripada pengobatan sehingga
dapat menjamin dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal?
Bukankah hal ini dapat mencegah lebih dini terjadinya berbagai gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh makanan? Bukankah hal ini dapat mendukung
tercapainya status gizi masyarakat yang lebih baik? Bukankah hal ini dapat
meningkatkan produktivitas masyarakat sehingga dapat bekerja dengan baik dan
tidak sakitsakitan?,
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sesungguhnya
penerapan Ilmu Gizi Berbasis Makanan Khas Daerah dapat berdampak langsung
sekalipun dalam waktu jangka panjang untuk meningkatkan kualitas Human
Development Index (HDI) baik bidang kesehatan, pendidikan maupun pendapatan.
Khusus untuk bidang kesehatan dapat menurunkan kematian ibu, kematian bayi,
memperbaiki status gizi dan meningkatkan umur harapan hidup.
B.
SARAN
Saya sebagai penyusun sadar bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan karena saya memiliki keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat
saya pungkiri,untuk itu saya harapkan kritik dan saran yangmembangun dari dosen
pengampu dan para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Asosiasi
Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2003.Laporan Rapat
Kerja I.
2. Harrington,
JM, Gill, FS, 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Alih Bahasa Sudjoko Kuswadji. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
3. Husin,
Ma’rifin, 2003. Peran dan Tanggungjawab Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan
Masyarakat dalam Upaya Pembangunan Kesehatan Masyarakat- Bangsa. Konsorsium
Ilmu Kesehatan Indonesia
4. Rahmat,
Hapsara Habib, 2003. Situasi Kesehatan Global dan Regional serta Implikasinya
terhadap Kurikulum Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Makalah.
Comments