TEMA PENDIDIKAN -PENGARUH KREATIVITAS PEMBELAJARAN GURU PROFESIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam
yang senantiasa memberikan kemudahan, kelancaran beserta limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya yang tiada terhingga. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada Rasulullah SAW yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.
Alhamdulillah berkat kehendak dan ridha-Nya, penulis dapat menyelesaikan
pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengaruh Kreativitas Pembelajaran
Guru Profesional Terhadap Prestasi Belajar Siswa di Sekolah”. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran profesi pendidikan.
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis mendapatkan bantuan serta bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ucapkan
terimakasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun.
Penulis
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk
mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia tersebut adalah pendidikan.Tujuan pendidikan adalah seperangkat
hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan
pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran dan latihan
diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan
pendidikan merupakan komponen sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan
fungsi sentral (Hamalik,2003:3). Dengan demikian hasil belajar sangatlah
penting untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah tercapai secara optimal
Tujuan pendidikan disusun secara bertingkat, mulai dari tujuan pendidikan yang
sangat luas dan umum sampai ke tujuan pendidikan yang spesifik dan operasional,
yaitu (1) Tujuan Pendidikan Nasional, (2) Tujuan Institusional, (3) Tujuan
Kurikulum, (4) Tujuan Pembelajaran.
Tujuan pendidikan dikatakan tercapai apabila hasil belajar siswa
mengalami perkembangan dan peningkatan. Adapun yang dimaksud dengan belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan (Hamalik, 2003: 36). Sedangkan hasil belajar adalah hasil dari usaha
belajar yang dilaksanakan siswa. Dalam pendidikan formal selalu diikuti
pengukuran dan penilaian, demikian juga dalam proses kegiatan belajar mengajar,
dengan mengetahui hasil belajar dapat diketahui kedudukan siswa yang pandai,
sedang atau lambat. Laporan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil
ulangan dan diserahkan dalam periode tertentu yaitu dalam bentuk raport. Dalam
usaha untuk mencapai suatu hasil belajar yang optimal dari proses belajar
mengajar seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri diantaranya
keadaan fisik, intelegensi, bakat, minat dan perhatian, keadaan emosi serta
disiplin. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar diri
siswa diantaranya guru, teman, orang tua, fasilitas belajar dan lain-lain.
Salah satu yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar adalah guru yang
merupakan faktor eksternal sebagai penunjang pencapaian hasil belajar yang
optimal. Dalam hal ini yang dimaksud adalah kreativitas guru dalam proses
belajar mengajar. Menurut Cece Wijaya (1991:189), salah satu masalah yang
dihadapi dunia pendidikan adalah menumbuhkan kreativitas guru. Kreativitas guru
dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan penting dalam peningkatan mutu
hasil belajar siswanya. Kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk
menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun
yang merupakan modifikasi atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang
sudah ada. Bila hal ini dikaitkan dengan kreativitas guru, guru yang
bersangkutan mungkin menciptakan suatu strategi mengajar yangbenar-benar baru
dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari
berbagai strategi yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru. Di samping
kreativitas guru dalam proses belajar mengajar, faktor ekstern yang
mempengaruhi hasil belajar siswa adalah fasilitas belajar. Mutu pendidikan yang
dikembangkan agar tetap baik, maka perlu diadakan dan diciptakan suatu
fasilitas yang dapat membantu dan mendorong hasil belajar siswa. Menurut The Liang
Gie (2002:33) untuk belajar yang baik hendaknya tersedia fasilitas belajar yang
memadai antara lain tempat belajar, alat, waktu dan lain-lain. Jadi pada
prinsipnya fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang memudahkan untuk
belajar. Dengan tersedianya fasilitas yang memadai diharapkan siswa akan
memperoleh hasil yang baik.
Kreativitas guru dalam proses belajar mengajar ternyata masih kurang hal ini dapat dilihat dari beberapa guru yang dalam proses belajar mengajar masih menggunakan metode-metode mengajar yang monoton dan tidak menggunakan metode-metode lain untuk variasi, sedang fasilitas belajar untuk masing-masing mata pelajaran produktif cukup memadai namun untuk buku-buku yang disediakan diperpustakaan masih belum mencukupi sebagai contoh buku kearsipan untuk kelas 2 dengan jumlah siswa 119 buku yang tersedia hanya 15 buah. Dengan peningkatan kreativitas guru dalam proses belajar mengajar dan penyediaan fasilitas belajar yang memadai diharapkan dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. Kenyataan ini mendorong keinginan penulis untuk mengungkapkan lebih lanjut tentang pengaruh kreativitas guru dalam proses belajar mengajar dan 5fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran produktif dengan judul “Pengaruh Kreativitas Pembelajaran Guru Profesional Terhadap Prestasi Belajar Siswa di Sekolah “
Kreativitas guru dalam proses belajar mengajar ternyata masih kurang hal ini dapat dilihat dari beberapa guru yang dalam proses belajar mengajar masih menggunakan metode-metode mengajar yang monoton dan tidak menggunakan metode-metode lain untuk variasi, sedang fasilitas belajar untuk masing-masing mata pelajaran produktif cukup memadai namun untuk buku-buku yang disediakan diperpustakaan masih belum mencukupi sebagai contoh buku kearsipan untuk kelas 2 dengan jumlah siswa 119 buku yang tersedia hanya 15 buah. Dengan peningkatan kreativitas guru dalam proses belajar mengajar dan penyediaan fasilitas belajar yang memadai diharapkan dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. Kenyataan ini mendorong keinginan penulis untuk mengungkapkan lebih lanjut tentang pengaruh kreativitas guru dalam proses belajar mengajar dan 5fasilitas belajar terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran produktif dengan judul “Pengaruh Kreativitas Pembelajaran Guru Profesional Terhadap Prestasi Belajar Siswa di Sekolah “
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Apakah pengertian kreativitas guru professional
?
2.
Faktor apa saja yang mempengaruhi kreativitas
seorang guru professional terhadap prestasi belajar siswa?
3.
Bagaimana pengaruh kreativitas seorang guru
profesional terhadap prestasi belajar siswa disekolah?
4.
Upaya apa yang dilakukan oleh seorang guru
profesional dalam meningkatkan kualitas belajar siswa ?
5.
Apakah fasilitas di sekolah mempengeruhi
kreativitas seorang guru untuk bersikap professional dalam meningkatkan
kualitas belajar siswa ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1.
Untuk mengetahui pengertian dari kreatifitas
guru professional.
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
kreatifitas seorang guru professional terhadap prestasi belajar siswa di
sekolah.
3.
Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh
kreativitas guru profesional terhadap prestasi belajar siswa di sekolah.
4.
Untuk mengetahui upaya guru profesional dalam
melakukan proses belajar mengajar.
5.
Untuk mengetahui pengaruh fasilitas terhadap
sikap professional seorang guru.
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Sebagai sarana untuk menambah referensi dan bahan
kajian dalam khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan dan untuk
penelitian lanjutan mengenai pengaruh kreativitas guru dalam proses belajar
mengajar dan fasilitas belajar yang belum dikaji dalam penelitian ini.
2.
Manfaat Praktis
Memberikan sumbangan bagi pihak pembaca dalam usaha
meningkatkan
hasil belajar siswa dengan memberikan informasi mengenai hasil belajar
mata pelajaran produktif, dilihat dari sudut pandang kreativitas guru dalam proses belajar mengajar.
hasil belajar siswa dengan memberikan informasi mengenai hasil belajar
mata pelajaran produktif, dilihat dari sudut pandang kreativitas guru dalam proses belajar mengajar.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Hasil Belajar
Pengertian
Belajar
Pengertian
belajar menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a.
TR Mc. Connel (3rd ed: 288) terdapat dalam Tim
Pengembangan MKDK IKIP SEMARANG (1990:27) menyatakan belajar adalah
pemodifikasian tingkah laku melalui pengalaman dan latihan… dalam mengartikan
belajar sebagai pemodifikasian tingkah laku, atau pengubahan tindak tanduk,
seseorang tidak hanya melakukan tindakan-tindakan luar yang nampak oleh mata
tetapi juga melakukan tindakan-tindakan dalam seperti berpikir dan
berimajinasi.
b.
Gagne dalam Slameto (2003:13) memberikan 2 (dua)
definisi yaitu:
1)
Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh
motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.
2)
Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Berdasarkan
pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dapat
diartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Prinsip-prinsip
Belajar
Prinsip-prinsip
belajar menurut Slameto (2003:27-28) antara lain:
a.
Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk
belajar
1)
dalam belajar setiap siswa harus diusahakan
partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan
instruksional
2)
belajar harus dapat menimbulkan reinforcement
dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional
3)
belajar perlu lingkungan yang menantang dimana
anak dapat mengembangkan kemampuan dan belajar dengan efektif
4)
belajar perlu ada interaksi siswa dengan
lingkungannya
b.
Sesuai hakikat belajar
1)
belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap
demi tahap menurut perkembangannya
2)
belajar adalah proses organisasi, adaptasi,
eksplorasi dan discovery
3)
belajar adalah proses kontinguitas (hubungan
antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan
pengertian yang diharapkan.
c.
Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari
1)
belajar bersifat keseluruhan dan materi harus
memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap
pengertiannya.
2)
belajar harus dapat mengembangkan kemampuan
tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.
d.
Syarat keberhasilan belajar
1)
belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga
siswa dapat belajar dengan tenang.
2)
repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan
berkali-kali agar pengertian/ketrampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
Teori Belajar
Ada beberapa
teori belajar, diantaranya:
a.
Teori belajar Gestalt dalam Slameto (2003:9)
yaitu Teori yang menyatakan bahwa dalam belajar yang penting adalah adanya
penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan
problem yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus
dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight.
b.
Teori Conditioning dalam Ngalim Purwanto
(1999:89) yaitu Teori yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan respon dan
reaksi. Yang terpenting dalam teori ini adalah latihan latihan yang kontinyu
c.
Teori Connectinism dalam Ngalim Purwanto
(1990:89) yaitu dalam teori ini terdapat dua proses yaitu: Trial and error
(mencoba dan gagal) dan low of effect berarti segala tingkah laku yang
berakibat suatu keadaan yang memuaskan, yang diingat dan dipelajari dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan teori-teori di atas, maka yang digunakan dalam belajar mata
pelajaran produktif adalah gabungan teori Gestalt dan teori Conditioning.
Memakai teori Gestalt karena mata pelajaran produktif memerlukan pemahaman dan
pengetahuan yang mendalam. Sedangkan menggunakan teori conditioning mengingat
mata pelajaran produktif sebagian besar adalah praktek sehingga memerlukan
latihan-latihan yang kontinyu.
Hasil Belajar
Dalam
Poerwadarminto (2003: 348) hasil adalah sesuatu diadakan oleh usaha. Jadi hasil
belajar merupakan hasil yang dicapai setelah seseorang mengadakan suatu
kegiatan belajar yang terbentuk dalam bentuk suatu nilai hasil belajar yang
diberikan oleh guru. Hasil (prestasi) belajar adalah hasil belajar yang dicapai
siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di
sekolah. Hasil belajar dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai, atau angka
nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan
ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut
Slameto (2003: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu:
a.
Faktor Intern, diantaranya:
1)
Faktor Jasmaniah, diantaranya adalah : faktor
kesehatan dan cacat tubuh
2)
Faktor Psikologis, diantaranya adalah :
intelegensi; perhatian; minat; bakat; motif; kematangan; kesiapan.
3)
Faktor kelelahan
b.
Faktor ekstern, diantaranya:
1)
Faktor keluarga, meliputi: cara orang tua
mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, dan sebagainya.
2)
Faktor sekolah, meliputi: metode mengajar,
kurikulum, disiplin, alat pengajaran, dan sebagainya.
3)
Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, dan sebagainya.
B. Tinjauan Kreativitas Pembelajaran Guru
Profesional Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di Sekolah.
a.
Pengertian Kreativitas
Pengertian kreativitas sudah banyak dikemukakan oleh
para ahli berdasarkan pandangan yang berbeda-beda, seperti yang dikemukakan
oleh Utami Munandar (1992: 47) menjelaskan pengertian kreativitas dengan
mengemukakan beberapa perumusan yang merupakan kesimpulan para ahli mengenai
kreativitas. Pertama, kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru
berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kedua, kreativitas
(berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data
atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap
suatu masalah, dimana penekanaannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan
keragaman jawaban (Utami Munandar, 1992: 48). Ketiga secara operasional
kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan (fleksibilitas), dan orisinilitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, merinci) suatu gagasan. Slameto
(2003: 145) menjelaskan bahwa pengertian kreativitas berhubungan dengan
penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan
menggunakan sesuatu yang telah ada. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa
perbuatan atau tingkah laku, bangunan, dan lain-lain.
Menurut Moreno dalam Slameto (2003: 146) yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya, misalnya seorang guru menciptakan metode mengajar dengan diskusi yang belum pernah ia pakai.
Menurut Moreno dalam Slameto (2003: 146) yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya, misalnya seorang guru menciptakan metode mengajar dengan diskusi yang belum pernah ia pakai.
Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan (1991:189),
kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk
baru, baik yang benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi
atau perubahan dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Bila konsep ini
dikaitkan dengan kreativitas guru, guru yang bersangkutan mungkin menciptakan
suatu strategi mengajar yang benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan
sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi yang ada
sehingga menghasilkan bentuk baru. Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan
sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah (Djamarah, 1995: 126).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kreativitas
guru adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang 16baru maupun
mengembangkan hal-hal yang sudah ada untuk memberikan sejumlah pengetahuan
kepada anak didik di sekolah.
Ciri-ciri
Kreativitas
Untuk disebut sebagai seorang yang kreatif, maka perlu diketahui tentang
ciri-ciri atau karakteristik orang yang kreatif. Berikut ini dikemukakan
beberapa pendapat orang ahli tentang ciri-ciri orang yang kreatif. Menurut
Utami Munandar dalam Reni Akbar Hawadi dkk. (2001:5-10) menjabarkan ciri-ciri
kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:
a.
Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (Aptitude).
1)
Keterampilan berpikir lancar yaitu (a)
mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, (b)
memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, (c) selalu memikirkan
lebih dari satu jawaban.
2)
Keterampilan berpikir luwes (Fleksibel) yaitu
(a) menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, (b) dapat
melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, (c) mencari banyak
alternatif atau arah yang berbeda-beda, (d) mampu mengubah cara pendekatan atau
cara pemikiran.
3)
Keterampilan berpikir rasional yaitu (a) mampu
melahirkan ungkapan yang baru dan unik, (b) memikirkan cara yang tidak lazim
untuk mengungkapkan diri, (c) mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak
lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.
4)
Keterampilan memperinci atau mengelaborasi yaitu
(a) mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, (b)
menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi
sehingga lebih menarik.
5)
Keterampilan menilai (mengevaluasi) yaitu (a)
menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan
benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, (b) mampu mengambil
keputusan terhadap situasi yang terbuka, (c) tidak hanya mencetuskan gagasan,
tetapi juga melaksanakannya.
b.
Ciri-ciri Afektif (Non-aptitude).
1)
Rasa ingin tahu yaitu (a) selalu terdorong untuk
mengetahui lebih banyak, (b) mengajukan banyak pertanyaan, (c) selalu
memperhatikan orang, objek dan situasi, (d) peka dalam pengamatan dan ingin
mengetahui/meneliti.
2)
Bersifat imajinatif yaitu (a) mampu memperagakan
atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi, (b) menggunakan khayalan
dan kenyataan.
3)
Merasa tertantang oleh kemajuan yaitu (a)
terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, (b) merasa tertantang oleh
situasi-situasi yang rumit, (c) lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.
4)
Sifat berani mengambil resiko yaitu (a) berani
memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, (b) tidak takut gagal atau
mendapat kritik, 18(c) tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal
yang tidak konvensional, atau yang kurang berstruktur.
5)
Sifat menghargai yaitu (a) dapat menghargai
bimbingan dan pengarahan dalam hidup, (b) menghargai kemampuan dan bakat-bakat
sendiri yang sedang berkembang.
Sedangkan menurut pendapat Sund dalam Slameto (2003:147-148) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:
Sedangkan menurut pendapat Sund dalam Slameto (2003:147-148) menyatakan bahwa individu dengan potensi kreatif dapat dikenal melalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Hasrat keingintahuan yang cukup besar;
b.
Besikap terbuka terhadap pengalaman baru;
c.
Panjang akal;
d.
Keinginan untuk menemukan dan meneliti;
e.
Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan
sulit;
f.
Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan;
Menurut
Sidneu Parnes, Ruth Noller, M.O. Edwards dalam Reni Akbar Hawadi dkk. (2001:42)
mengemukakan tentang teknik pemecahan masalah secara kreatif melalui 5 (lima)
tahap yaitu : pertama, menemukan fakta (fact finding) dalam tahapan ini
diajukan pertanyaan-pertanyaan faktual, yang menanyakan tentang apa yang
terjadi dan yang ada sekarang atau di masa lalu. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
dikelompokkan kedalam dua fase, yaitu fase divergen dimana
pertanyaan-pertanyaan ditulis berdasarkan apa yang muncul dari pikiran kita
dengan tidak mempersoalkan apakah pertanyaan tersebut bisa memperoleh data yang
relevan atau tidak. Fase konvergen, dimana pertanyaan-pertanyaan
faktualdiseleksimana yang penting dan relevan dan selanjutnya dicari jawaban
yang paling tepat. Kedua, menemukan masalah (problem finding) dalam tahap ini
diajukan banyak kemungkinan pertanyaan kreatif. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
diangkat dalam penemuan fakta. Ketiga, menemukan gagasan (idea finding) dalam
tahap ini diinginkan untuk diperoleh alternatif jawaban sebanyak mungkin untuk
pemecahan masalah yang telah ditentukan dalam tahap sebelumnya yaitu
mengumpulkan alternatif jawaban sebanyak-banyaknya dan menyeleksi jawaban atau
gagasan yang paling relevan dan tepat untuk memecahkan masalah. Keempat,
menemukan jawaban (solution finding) dalam tahap ini disusun kriteria, tolok
ukur, atau persyaratan untuk menentukan jawaban. Melalui pemikiran divergen,
tolok ukur disusun berdasarkan antisipasi terhadap semua kemungkinan yang bakal
terjadi baik yang bersifat positif maupun negatif sekiranya salah satu gagasan
dipakai dalam 20pemecahan masalah. Sedangkan berpikir konvergen, alternatif
jawaban yang ditemukan berdasarkan tolak ukur yang telah disusun diseleksi mana
yang lebih tepat dan relevan atau berisiko paling rendah apabila diangkat
sebagai jawaban yang akan dipakai untuk memecahkan masalah. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa orang yang kreatif mempunyai suatu motivasi yang tinggi
dalam mengenal masalah-masalah yang bernilai. Mereka dapat memusatkan
perhatiannya pada suatu masalah secara alamiah dan mengkaitkannya baik secara
sadar atau tidak, untuk memecahkannya. Ia menerima ide yang baru, yang muncul
dari dirinya sendiri atau yang dikemukakan oleh orang lain. Kemudian ia
mengkombinasikan pikirannya yang matang dengan intuisinya secara selektif,
sebagai dasar pemecahan yang baik. Ia secara energik menterjemahkan idenya
melalui tindakan dan mengakibatkan hasil pemecahan masalah yang sangat berguna.
Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan
sumbangan kreatif yang menonjol terhadap masyarakat dikemukakan oleh Munandar
(1999: 36) sebagai berikut: (1) Berani dalam pendirian/keyakinan; (2) Ingin
tahu; (3) Mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan; (4) Menyibukkan diri
terus menerus dengan kerjanya; (5) Intuitif; (6) Ulet; (7) Tidak bersedia
menerima pendapat dan otoritas begitu saja. Berbagai macam karakteristik diatas
jarang sekali tampak pada seseorang secara keseluruhan, akan tetapi orang-orang
yang kreatif akan lebih banyak memiliki ciri-ciri tersebut. Dari berbagai
karakteristik orang yang kreatif dapat 21disimpulkan bahwa guru yang kreatif
cirinya adalah : punya rasa ingin tahu yang dimanfaatkan semaksimal mungkin,
mau bekerja keras, berani, kemampuan intelektualnya dimanfaatkan semaksimal
mungkin, mandiri, dinamis, penuh inovasi/gagasan dan daya cipta, bersedia
menerima informasi, menghubungkan ide dan pengalaman yang diperoleh dari
berbagai sumber yang berbeda, cenderung menampilkanberbagai alternatif terhadap
subyek tertentu.
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa kreativitas dapat
ditumbuhkembangkan melalui suatu proses yang terdiri dari beberapa faktor yang
dapat mempengaruhinya. Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan (1991:189-190)
kreativitas secara umum dipengaruhi kemunculannya oleh adanya berbagai
kemampuan yang dimiliki, sikap dan minat yang positif dan tinggi terhadap
bidang pekerjaan yang ditekuni, serta kecakapan melaksanakan tugas-tugas.
Tumbuhnya kreativitas di kalangan guru dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya:
a.
Iklim kerja yang memungkinkan para guru
meningkatkan pengetahuan dan kecakapan dalam melaksanakan tugas.
b.
Kerjasama yang cukup baik antara berbagai
personel pendidikan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
c.
Pemberian penghargaan dan dorongan semangat
terhadap setiap upaya yang bersifat positif bagi para guru untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa.
d.
Perbedaan status yang tidak terlalu tajam di
antara personel sekolah sehingga memungkinkan terjalinnya hubungan manusiawi
yang lebih harmonis.
e.
Pemberian kepercayaan kepada para guru untuk
meningkatkan diri dan mempertunjukkan karya dan gagasan kreatifnya.
D. Kreativitas Guru Profesional Dalam Proses
Belajar Mengajar.
Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, disebut kompleks karena
dituntut dari guru kemampuan personil, profesional, dan sosial kultural secara
terpadu dalam proses belajar mengajar. Dikatakan kompleks karena dituntut dari
guru tersebut integrasi penguasaan materi dan metode, teori dan praktek dalam
interaksi siswa. Dikatakan kompleks karena sekaligus mengandung unsur seni,
ilmu, teknologi, pilihan nilai dan keterampilan dalam proses belajar mengajar.
Dalam proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangannya guru tidak
hanya berperan untuk memberikan informasi terhadap siswa, tetapi lebih jauh
guru dapat berperan sebagai perencana, pengatur dan pendorong siswa agar dapat
belajar secara efektif dan peran berikutnya adalah mengevaluasi dari
keseluruhan proses belajar mengajar. Jadi dalam situasi dan kondisi
bagaimanapun guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar tidak terlepas dari
aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi karena guru yang baik harus mampu berperan
sebagai planner, organisator, motivator dan evaluator. Dari uraian diatas jelas
bahwa dalam proses belajar mengajar diperlukan guru-guru yang profesional dan
paling tidak memiliki tiga kemampuan yaitu kemampuan membantu siswa belajar
efektif sehingga mampu mencapai hasil yang optimal, kemampuan menjadi
penghubung kebudayaan masyarakat yang aktif dan kreatif serta fungsional dan
pada akhirnya harus memiliki kemampuan menjadi pendorong pengembangan
organisasi sekolah dan profesi. Dengan kemampuan ini diharapkan guru lebih
kreatif dalam proses belajar mengajarnya.
Ada beberapa syarat untuk menjadi guru yang kreatif sebagaimana yang
dikemukakan oleh munandar (1985:67) yaitu :
dikemukakan oleh munandar (1985:67) yaitu :
1.
profesional, yaitu sudah berpengalaman mengajar,
menguasai berbagai teknik dan model belajar mengajar, bijaksana dan kreatif
mencari berbagai cara, mempunyai kemampuan mengelola kegiatan belajar secara
individual dan kelompok, disamping secara klasikal, mengutamakan standar
prestasi yang tinggi dalam setiap kesempatan, menguasai berbagai teknik dan
model penelitian.
2.
memiliki kepribadian, antara lain : bersikap
terbuka terhadap hal-hal baru, peka terhadap perkembangan anak, mempunyai
pertimbangan luas dan dalam, penuh perhatian, mempunyai sifat toleransi,
mempunyai kreativitas yang tinggi, bersikap ingin tahu.
3.
menjalin hubungan sosial, antara lain : suka dan
pandai bergaul dengan anak berbakat dengan segala keresahannya dan memahami
anak tersebut, dapat menyesuaikan diri, mudah bergaul dan mampu memahami dengan
cepat tingkah laku orang lain.
Apabila syarat diatas terpenuhi maka sangatlah mungkin ia akan menjadi
guru yang kreatif, sehingga mampu mendorong siswa belajar secara aktif dalam
proses belajar mengajar. Menurut Budi Purwanto (2004:36-41) tahapan dalam
kegiatan belajar mengajar pada dasarnya mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Pada kreativitas guru dalam proses belajar mengajar mencakup cara
guru dalam merencanakan PBM, cara guru dalam pelaksanaan PBM dan cara guru
dalam mengadakan evaluasi.
1.
Cara guru dalam merencanakan proses belajar
mengajar
Seorang guru didalam merencanakan proses belajar mengajar diharapkan mampu berkreasi dalam hal:
Seorang guru didalam merencanakan proses belajar mengajar diharapkan mampu berkreasi dalam hal:
1)
Merumuskan tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional dengan baik dalam perencanaan proses belajar mengajar, perumusan
tujuan pembelajaran merupakan unsur terpenting, sehingga perlu dituntut
kreativitas guru dalam menentukan tujuan-tujuan yang dipandang memiliki
tingkatan yang lebih tinggi. Dibidang kognitif siswa diharapkan mampu memahami
secara analisa, sintesa, dan mampu mengadakan evaluasi tidak hanya sekedar
ingatan atau pemahaman saja. Disamping itu diharapkan dapat mengembangkan
berpikir kritis yang akhirnya digunakan untuk mengembangkan kreativitas.
2)
Memilih buku pendamping bagi siswa selain buku
paket yang ada yang benar-benar berkualitas dalam menunjang materi pelajaran
sesuai kurikulum yang berlaku. Untuk menentukan buku-buku pendamping diluar
buku paket yang diperuntukkan siswa menuntut kreativitas tersendiri yang tidak
sekedar berorientasi kepada banyaknya buku yang harus dimiliki siswa, melainkan
buku yang digunakan benar-benar mempunyai bobot materi yang menunjang
pencapaian kurikulum bahkan mampu mengembangkan wawasan bagi siswa dimasa
datang.
3)
Memilih
metode mengajar yang baik yang selalu menyesuaikan dengan materi pelajaran
maupun kondisi siswa yang ada. Metode yang digunakan guru dalam mengajar akan
berpengaruh terhadap lancarnya proses belajar mengajar, dan menentukan
tercapainya tujuan dengan 26baik. Untuk itu diusahakan dalam memilih metode yang
menuntut kreativitas pengembangan nalar siswa dan membangkitkan semangat siswa
dalam belajar. Suatu misal penggunaan metode diskusi akan lebih efektif
dibanding dengan menggunakan metode ceramah, karena siswa akan dituntut lebih
aktif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar nantinya.
4)
Menciptakan media atau alat peraga yang sesuai
dan menarik minat siswa. Penggunaan alat peraga atau media pendidikan akan
memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran. Guru diusahakan untuk selalu
kreatif dalam menciptakan media pembelajaran sehingga akan lebih menarik
perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Penggunaan media/alat
peraga yang menarik akan membangkitkan motivasi belajar siswa. Diusahakan
seorang guru mampu menciptakan alat peraga sendiri yang lebih menarik
dibandingkan dengan alat peraga yang dibeli dari toko walaupun bentuknya lebih
sederhana.
2.
Cara guru dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar
Unsur-unsur yang ada dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah bagaimana seorang guru dituntut kreasinya dalam mengadakan persepsi. Persepsi yang baik akan membawa siswa memasuki materi pokok atau inti pembelajaran dengan lancar dan jelas. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, bahasan yang akan diajarkan dibahas dengan bermacam-macam metode dan teknik mengajar. Guru yang kreatif akan memprioritaskan metode dan teknik yang mendukung berkembangnya kreativitas. Dalam hal ini pula, keterampilan bertanya sangat memegang peranan penting. Guru yang kreatif akan mengutamakan pertanyaan divergen, pertanyaan ini akan membawa para siswa dalam suasana belajar aktif. Dalam hal ini guru harus memperhatikan cara-cara mengajarkan kreativitas seperti tidak langsung memberikan penilaian terhadap jawaban siswa. Jadi guru melakukan teknik ”brainstorming”. Diskusi dalam belajar kecil memegang peranan didalam mengembangkan sikap kerjasama dan kemampuan menganalisa jawaban-jawaban siswa setelah dikelompokkan dapat merupakan beberapa hipotesa terhadap masalah. Selanjutnya guru boleh menggugah inisiatif siswa untuk melakukan eksperimen. Dalam hal ini ide-ide dari para siswa tetap dihargai meskipun idenya itu tidak tepat. Yang penting setiap anak diberi keberanian untuk mengemukakan pendapatnya, termasuk didalam hal ini daya imajinasinya. Seandainya tidak ada satupun cara yang sesuai atau memadai yang dikemukakan oleh para siswa, maka guru boleh membimbing cara-cara melaksanakan eksperimennya. Tentu saja guru tersebut harus menguasai seluruh langkah-langkah pelaksanannya. Dianjurkan supaya guru mengutamakan metode penemuan. Pendayagunaan alat-alat sederhana atau barang bekas dalam kegiatan belajar. Mengajar sangat dianjurkan, guru yang kreatif akan 28melakukannya, ia dapat memodivikasi atau menciptakan alat sederhana untuk keperluan belajar mengajar, sehingga pada prinsipnya guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dituntut kreativitasnya dalam mengadakan apersepsi, penggunaan teknik dan metode pembelajaran sampai pada pemberian teknik bertanya kepada siswa, agar pelaksanaan proses belajar mengajar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Unsur-unsur yang ada dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah bagaimana seorang guru dituntut kreasinya dalam mengadakan persepsi. Persepsi yang baik akan membawa siswa memasuki materi pokok atau inti pembelajaran dengan lancar dan jelas. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, bahasan yang akan diajarkan dibahas dengan bermacam-macam metode dan teknik mengajar. Guru yang kreatif akan memprioritaskan metode dan teknik yang mendukung berkembangnya kreativitas. Dalam hal ini pula, keterampilan bertanya sangat memegang peranan penting. Guru yang kreatif akan mengutamakan pertanyaan divergen, pertanyaan ini akan membawa para siswa dalam suasana belajar aktif. Dalam hal ini guru harus memperhatikan cara-cara mengajarkan kreativitas seperti tidak langsung memberikan penilaian terhadap jawaban siswa. Jadi guru melakukan teknik ”brainstorming”. Diskusi dalam belajar kecil memegang peranan didalam mengembangkan sikap kerjasama dan kemampuan menganalisa jawaban-jawaban siswa setelah dikelompokkan dapat merupakan beberapa hipotesa terhadap masalah. Selanjutnya guru boleh menggugah inisiatif siswa untuk melakukan eksperimen. Dalam hal ini ide-ide dari para siswa tetap dihargai meskipun idenya itu tidak tepat. Yang penting setiap anak diberi keberanian untuk mengemukakan pendapatnya, termasuk didalam hal ini daya imajinasinya. Seandainya tidak ada satupun cara yang sesuai atau memadai yang dikemukakan oleh para siswa, maka guru boleh membimbing cara-cara melaksanakan eksperimennya. Tentu saja guru tersebut harus menguasai seluruh langkah-langkah pelaksanannya. Dianjurkan supaya guru mengutamakan metode penemuan. Pendayagunaan alat-alat sederhana atau barang bekas dalam kegiatan belajar. Mengajar sangat dianjurkan, guru yang kreatif akan 28melakukannya, ia dapat memodivikasi atau menciptakan alat sederhana untuk keperluan belajar mengajar, sehingga pada prinsipnya guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dituntut kreativitasnya dalam mengadakan apersepsi, penggunaan teknik dan metode pembelajaran sampai pada pemberian teknik bertanya kepada siswa, agar pelaksanaan proses belajar mengajar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.
Cara guru dalam mengadakan evaluasi
Proses belajar mengajar senantiasa disertai oleh pelaksanaan evaluasi.
Namun demikian, didalam kegiatan belajar mengajar seorang guru yang kreatif
tidak akan cepat memberi penilaian terhadap ide-ide atau pertanyaan dan jawaban
anak didiknya meskipun kelihatan aneh atau tidak biasa. Hal ini sangat penting
di dalam pelaksanaan diskusi. Kalau dikatakan bahwa untuk mengembangkan
kreativitas, maka salah satu caranya adalah dengan menggunakan keterampilan
proses dalam arti pengembangan dan penguasaan konsep melalui bagaimana belajar
konsep, maka dengan sendirinya evaluasi harus ditujukan kepada keterampilan
proses yang dicapai siswa disamping evaluasi kemampuan penguasaan materi
pelajaran. Adapun kecenderungan melakukan penilaian hanya menggunakan tes
pilihan berganda, ataupun pertanyaan yang hanya menuntut satu jawaban benar,
merupakan tantangan atau hambatan bagi pengembangan, sehingga perlu kiranya
diperlukan penilaian seperti yang dikembangkan dalam pelaksanaan kurikulum
29berbasis kompetensi yaitu penilaian dengan portofolio, dimana mencakup
penilaian dari segi kognitif, penilaian yang menyangkut perilaku siswa
(afektif), dan penilaian yang menyangkut keterampilan motorik siswa
(psikomotorik), sehingga guru mempunyai perangkat penilaian yang lengkap dari
masing-masing siswa yang nantinya akan berbarengan dalam penentuan akhir dari
keberhasilan siswa tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A. Apakah pengertian kreativitas guru
professional ?
Pengertian kreativitas sudah banyak dikemukakan oleh para ahli
berdasarkan pandangan yang berbeda-beda, seperti yang dikemukakan oleh Utami
Munandar (1992: 47) menjelaskan pengertian kreativitas dengan mengemukakan
beberapa perumusan yang merupakan kesimpulan para ahli mengenai kreativitas.
Pertama, kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan
data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kedua, kreativitas (berpikir
kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi
yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah,
dimana penekanaannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman
jawaban (Utami Munandar, 1992: 48). Ketiga secara operasional kreativitas dapat
dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan
(fleksibilitas), dan orisinilitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, merinci) suatu gagasan. Slameto
(2003: 145) menjelaskan bahwa pengertian kreativitas berhubungan dengan
penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan
menggunakan sesuatu yang telah ada. Sesuatu yang baru itu mungkin berupa
perbuatan atau tingkah laku, bangunan, dan lain-lain.
Menurut Moreno dalam Slameto (2003: 146) yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya, misalnya seorang guru menciptakan metode mengajar dengan diskusi yang belum pernah ia pakai.
Menurut Moreno dalam Slameto (2003: 146) yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya, misalnya seorang guru menciptakan metode mengajar dengan diskusi yang belum pernah ia pakai.
Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan (1991:189), kreativitas biasanya
diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang
benar-benar baru sama sekali maupun yang merupakan modifikasi atau perubahan
dengan mengembangkan hal-hal yang sudah ada. Bila konsep ini dikaitkan dengan
kreativitas guru, guru yang bersangkutan mungkin menciptakan suatu strategi
mengajar yang benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat
saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi yang ada sehingga menghasilkan
bentuk baru. Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah pengetahuan
kepada anak didik di sekolah (Djamarah, 1995: 126). Berdasarkan uraian di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa pengertian kreativitas guru adalah kemampuan
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang 16baru maupun mengembangkan hal-hal
yang sudah ada untuk memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik di
sekolah.
B. Faktor apa saja yang mempengaruhi
kreativitas seorang guru professional terhadap prestasi belajar siswa?
Kreativitas dapat ditumbuhkembangkan melalui suatu proses yang terdiri
dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Menurut Cece Wijaya dan
Tabrani Rusyan (1991:189-190) kreativitas secara umum dipengaruhi kemunculannya
oleh adanya berbagai kemampuan yang dimiliki, sikap dan minat yang positif dan
tinggi terhadap bidang pekerjaan yang ditekuni, serta kecakapan melaksanakan
tugas-tugas. Tumbuhnya kreativitas di kalangan guru professional dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya:
-
Iklim kerja yang memungkinkan para guru
meningkatkan pengetahuan dan kecakapan dalam melaksanakan tugas.
-
Kerjasama yang cukup baik antara berbagai personel
pendidikan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi.
-
Pemberian penghargaan dan dorongan semangat
terhadap setiap upaya yang bersifat positif bagi para guru untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa.
-
Perbedaan status yang tidak terlalu tajam di
antara personel sekolah sehingga memungkinkan terjalinnya hubungan manusiawi
yang lebih harmonis.
-
Pemberian kepercayaan kepada para guru untuk
meningkatkan diri dan mempertunjukkan karya dan gagasan kreatifnya.
-
Menimpakan kewenangan yang cukup besar kepada
para guru dalam melaksanakan tugas dan memecahkan permasalahan yang dihadapi
dalam pelaksanaan tugas
-
Pemberian kesempatan kepada para guru untuk
ambil bagian dalam merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang merupakan bagian
dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan
di sekolah yang bersangkutan, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan hasil
belajar.
C. Bagaimana pengaruh kreativitas seorang guru
profesional terhadap prestasi belajar siswa disekolah?
Kreativitas secara umum dipengaruhi kemunculannya oleh adanya berbagai
kemampuan yang dimiliki, sikap dan minat yang positif dan tinggi terhadap
bidang pekerjaan yang ditekuni, serta kecakapan melaksanakan tugas-tugas.
Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, disebut kompleks karena dituntut dari guru kemampuan personil, profesional, dan sosial kultural secara terpadu dalam proses belajar mengajar. Dikatakan kompleks karena dituntut dari guru tersebut integrasi penguasaan materi dan metode, teori dan praktek dalam interaksi siswa. Dikatakan kompleks karena sekaligus mengandung unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai dan keterampilan dalam proses belajar mengajar. Jadi seorang guru professional harus memiliki kreativitas dalam melakukan kegiatan pendidikan. Sikap kreativitas seorang guru ini diperlukan, untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materinya, selain dari itu sikap kreativitas seorang guru sangat diperlukan agar proses pembelajaran tidak terlalu monoton, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Dan hal ini sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas siswa didiknya.
Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, disebut kompleks karena dituntut dari guru kemampuan personil, profesional, dan sosial kultural secara terpadu dalam proses belajar mengajar. Dikatakan kompleks karena dituntut dari guru tersebut integrasi penguasaan materi dan metode, teori dan praktek dalam interaksi siswa. Dikatakan kompleks karena sekaligus mengandung unsur seni, ilmu, teknologi, pilihan nilai dan keterampilan dalam proses belajar mengajar. Jadi seorang guru professional harus memiliki kreativitas dalam melakukan kegiatan pendidikan. Sikap kreativitas seorang guru ini diperlukan, untuk mempermudah guru dalam menyampaikan materinya, selain dari itu sikap kreativitas seorang guru sangat diperlukan agar proses pembelajaran tidak terlalu monoton, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Dan hal ini sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas siswa didiknya.
D. Upaya apa yang dilakukan oleh seorang guru
profesional dalam meningkatkan kualitas belajar siswa ?
Upaya guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
adalah bagaimana seorang guru dituntut kreasinya dalam mengadakan persepsi.
Persepsi yang baik akan membawa siswa memasuki materi pokok atau inti
pembelajaran dengan lancar dan jelas. Guru yang kreatif akan memprioritaskan
metode dan teknik yang mendukung berkembangnya kreativitas. Dalam hal ini pula,
keterampilan bertanya sangat memegang peranan penting. Guru yang kreatif akan
mengutamakan pertanyaan divergen, pertanyaan ini akan membawa para siswa dalam
suasana belajar aktif. Dalam hal ini guru harus memperhatikan cara-cara
mengajarkan kreativitas seperti tidak langsung memberikan penilaian terhadap
jawaban siswa. Jadi guru melakukan teknik ”brainstorming”. Diskusi dalam
belajar kecil memegang peranan didalam mengembangkan sikap kerjasama dan
kemampuan menganalisa jawaban-jawaban siswa setelah dikelompokkan dapat
merupakan beberapa hipotesa terhadap masalah. Selanjutnya guru boleh menggugah
inisiatif siswa untuk melakukan eksperimen. Dalam hal ini ide-ide dari para
siswa tetap dihargai meskipun idenya itu tidak tepat. Yang penting setiap anak
diberi keberanian untuk mengemukakan pendapatnya, termasuk didalam hal ini daya
imajinasinya.
Seorang guru didalam merencanakan proses belajar
mengajar diharapkan mampu berkreasi dalam hal:
a.
Merumuskan tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional dengan baik dalam perencanaan proses belajar mengajar, perumusan
tujuan pembelajaran merupakan unsur terpenting, sehingga perlu dituntut
kreativitas guru dalam menentukan tujuan-tujuan yang dipandang memiliki
tingkatan yang lebih tinggi. Dibidang kognitif siswa diharapkan mampu memahami
secara analisa, sintesa, dan mampu mengadakan evaluasi tidak hanya sekedar
ingatan atau pemahaman saja. Disamping itu diharapkan dapat mengembangkan
berpikir kritis yang akhirnya digunakan untuk mengembangkan kreativitas.
b.
Memilih buku pendamping bagi siswa selain buku
paket yang ada yang benar-benar berkualitas dalam menunjang materi pelajaran
sesuai kurikulum yang berlaku. Untuk menentukan buku-buku pendamping diluar
buku paket yang diperuntukkan siswa menuntut kreativitas tersendiri yang tidak
sekedar berorientasi kepada banyaknya buku yang harus dimiliki siswa, melainkan
buku yang digunakan benar-benar mempunyai bobot materi yang menunjang
pencapaian kurikulum bahkan mampu mengembangkan wawasan bagi siswa dimasa
datang.
c.
Memilih metode mengajar yang baik yang selalu
menyesuaikan dengan materi pelajaran maupun kondisi siswa yang ada. Metode yang
digunakan guru dalam mengajar akan berpengaruh terhadap lancarnya proses
belajar mengajar, dan menentukan tercapainya tujuan dengan 26baik. Untuk itu
diusahakan dalam memilih metode yang menuntut kreativitas pengembangan nalar
siswa dan membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Suatu misal penggunaan
metode diskusi akan lebih efektif dibanding dengan menggunakan metode ceramah,
karena siswa akan dituntut lebih aktif dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar nantinya.
d.
Menciptakan media atau alat peraga yang sesuai
dan menarik minat siswa. Penggunaan alat peraga atau media pendidikan akan
memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran. Guru diusahakan untuk selalu
kreatif dalam menciptakan media pembelajaran sehingga akan lebih menarik
perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Penggunaan media/alat
peraga yang menarik akan membangkitkan motivasi belajar siswa. Diusahakan
seorang guru mampu menciptakan alat peraga sendiri yang lebih menarik
dibandingkan dengan alat peraga yang dibeli dari toko walaupun bentuknya lebih
sederhana.
E.
Apakah
fasilitas di sekolah mempengeruhi kreativitas seorang guru untuk bersikap
professional dalam meningkatkan kualitas belajar siswa ?
Sangat mempengaruhi karena sekolah dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa salah satunya adalah dengan berusaha
menyediakan fasilitas belajar yang memadai agar proses belajar mengajar di
sekolah dapat berjalan dengan lancar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Pihak sekolah dalam hal ini berusaha menyediakan fasilitas belajar diantaranya
: buku-buku, perpustakan, ruang-ruang praktek (ruang mengetik, ruang computer,
ruang stenogarafi, ruang kearsipan dan sebagainya), ruang kelas yang memadai.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakikat hasil belajar adalah hasil interaksi antara faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa adalah kreativitas guru dalam proses belajar mengajar. Secara garis besar
yang menjadi inidikator dari faktor kreativitas guru adalah cara guru dalam
merencanakan proses belajar mengajar (PBM), caraguru dalam pelaksanaan PBM, dan
cara guru dalam mengevaluasi PBM. Di samping faktor kreativitas guru dalam
proses belajar mengajar, fasilitas belajar juga berpengaruh terhadap hasil
belajar mata pelajaran produktif siswa. Dengan adanya fasilitas belajar yang
memadai akan menunjang proses belajar mengajar yang nantinya akan meningkatkan
hasil belajar siswa. Adapun yang menjadi indikator dari fasilitas belajar
adalah tempat atau ruang belajar, penerangan, buku-buku pegangan, dan
kelengkapan peralatan praktek.
Dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar yang optimal dari proses
belajar mengajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal.
Faktor eksternal yang dimkasud adalah kreativitas guru profesional terhadap
prestasi belajar siswa di sekolah. Guru merupakan salah satu faktor yang memegang
peranan penting dalam proses belajar mengajar, hal ini dikarenakan guru adalah
orang yang berhubungan langsung dengan siswa dalam proses belajar mengajar,
dengan kreativitas guru dalam proses belajar mengajar diharapkan siswa dapat
mencapai hasil belajar yang optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Cece Wijaya
(1991:189), guru yang memiliki kreativitas dapat meningkatkan mutu hasil
belajar siswanya. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Slameto (2003:54), faktor
sekolah yang mempengaruhi hasil belajar mencakup metode mengajar guru yaitu
kreativitas guru dalam proses belajar mengajar.
Dengan adanya penyediaan fasilitas belajar yang memadai untuk siswa
diharapkan siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. Secara nyata
berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh kreativitas guru
dalam proses belajar mengajar dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar mata
pelajaran produktif siswa baik secara parsial.
B. Saran
Cara guru merencanakan proses belajar mengajar lebih meningkatkan kreativitasnya
yaitu misalnya sebelum pelajaran dimulai. Bapak maupun Ibu guru mengadakan pre
test mengenai pelajaran minggu lalu dan mengabsen siswa agar siswanya siap
dalam menerima pelajaran, maka hendaknya guru lebih meningkatkan kreativitasnya
dan pihak sekolah lebih menyediakan fasilitas yang memadai untuk belajar
sehingga dapat mencapai hasil belajar yang baik pula.
DAFTAR PUSTAKA
-
http://azaxs.net/search/pengaruh-kreatifitas-pembelajaran-guru
profesional-terhadap-prestasi-belajar-siswa-di-sekolah
-
http://www.scribd.com/doc/42728485/Profesionalisme-Guru
Comments